Tuesday, August 31

Pengasingan Ini

Ketika diam itu adalah bertasbih
Segenap jiwa terkurung seutuhnya
Kepada siapa belaian ini
Akan kulayangkan, sedang langkah
Tak sampai, sedang bisu bernafas
Aku di pengasingan ini

Ingin menggapai angan
Sedang mimpi tak bertuan
Ingin merangkai janji
Sedang kata belum ternama
Kepada siapa harus kulabuhkan
Kesepian tak berujung
Aku di pengasingan ini

Lihat kawan . . .
Gelap bukan lagi kesetiaan
Seperti kata saling berjanji
Musim-musim gugur
Ranting-ranting patah
Tinggal menunggu waktu
Kita akan menggigil
Kedinginan dalam badai
Aku di pengasingan ini

Dengar sayang . . .
Sebelum bulan separuh lesap dilangit
Aku sudah mencumbui malam
Dengan nafasku,
Walau aku dipengasingan ini

Sukardi
Mahasiswa Bahasa Inggris
STAI Bengkalis

Friday, August 20

ADA YANG TERUKIR DIHATIKU, SEBUAH PERASAAN YANG TAK PERNAH KURASAKAN, SEBUAH KAHAYAL YANG TAK PERNAH AKU MIMPIKAN. NAMUN HATIKU TERASA SEPERTI KEHILANGAN RINDU SENANTIASA BERHARAP MELABUHKAN CINTA ATAS NAMA JIWA ......... bY. jAROT..... JIWA ku untuknya ( Andi Anwar )
semua bayang - bayang pada malam adalah Qasidah Rindu yang menuturkan kekaguman, hanyut pada keindahan, lena pada kesendirian ................. sebuah KERINDUAN CINTA DARI JIWA ( aNDI anWAR ) by. jAROT
KEINDAHAN MEMANTULKAN HARAP, SEDANGKAN KEHENINGAN ADALAH NYANYIAN RINDU BERSENANDUNG DALAM SEPI MENGGAPAI ASA, MERAIH MIMPI DARI JIWA ATAS NAMA CINTA by. JAROT. Senandung Pilu aNdi AnWar

Thursday, August 19

Tak harus kudaki puncak rindu ini Kan kuimpikan kau di tepinya Mendayung air mata Membawa hujan membasuhnya Tak harus pula kuselami air mata Sebab kau telah menunggu di dermaga Kesetiaan aku dan kau Berlambang cinta, bertulis rasa Jangan pernah tinggalkan Kisah kita hampir sempurna Beriak-riak kecil Sesekali bergelombang Dalam pelukanmu aku pulang Meski jarak di ambang petang Selamanya sejauh pandang Disini hingga fajar datang

DEMOKRASI

kemana seribu kaki membawa tubuhmu pergi? yang tertinggal seonggok daging terbungkam kafan pun kesiur angin risau menghempas wangi dupa kematian saat sang tuan mutlak berwenang meluapkan cerlang surya gelap kekal menggenangi si tanpa daya jejak langkah kaki bagai merah gincu pada senyum kawan dan lawan yang segera mencair menjadi darah dan kesakitan kekalahan adalah tumbal kewenangan berkelebat musnah menghilang, memburu dendam kemana seribu kaki membawa tubuhmu pergi? bertahun selalu dikejar tetapi engkau tetap berlari .... berlari .... Agats – Asmat, 13 Agustus 2010
tulang belulang memang sedang berserakan di remang berkalang bayang kerontang simpan mimpi dalam-dalam meski taklagi nyenyak suntuk semalam hm ... Mang Atek .........
Dua tahun ternyata belum cukup, Dua tahun ternyata takkunjung kuncup Dua tahun, tahun ini dan tahun itu tahun sebelumnya dan sebelumnya itu Dua tahun, antara aku dan masa lalu Dua tahun, maya dan realita Sudah lupa aku, apa itu dunia apa pula cinta ? Aku hanya tahu, nama itu takpernah layu, pun juga takkuncup ditelan desah yang makin sayup ~Bagimu dua tahun itu hanya masa lalu, bagiku dua tahun itu tangis sendu~ ~Untukmu; abadku, tahunku, bulanku, mingguku, hariku, dan waktuku

TEORI CINTA JALALUDDIN ARRUMI

Takkan pernah ada kekasih yang tak dicari oleh kekasihnya. Jika kilat cinta telah menyambar satu hati, maka ketahuilah bahwa ada cinta di hati yang lain. Jika cinta ALLAH telah tumbuh dihatimu, tak diragukan lagi ALLAH pasti menaruh cinta kepadamu. Tak ada suara tepuk tangan yang lahir dari satu tangan. Kebijaksanaan iLahi adalah takdir dan suratan nasib yang membuat kita saling mencintai satu sama lain. Karena takdir itulah, setiap bagian dari dunia ini bertemu dengan pasangannya. Dalam pandangan orang-orang bijak, langit adalah laki-laki dan bumi ada perempuan; bumi memupuk apa yang telah dijatuhkan oleh langit. Jika bumi kekurangan panas, maka langit mengirimkan panas kepadanya; jika bumi kehilangan kesegaran dan kelembaban, langit segera memulihkannya. Langit memayungi bumi, layaknya seorang suami yang menafkahi istrinya. Dan bumipun sibuk dengan urusan rumah tangga; ia melahirkan dan menyusui segala yang telah ia lahirkan. Tak ubahnya Bumi dan Langit dikaruniai kecerdasan, karena mereka melaksanakan pekerjaan makhluk yang memiliki kecerdasan. Andaikata pasangan ini tidak mengecap kenikmatan, mengapa mereka bersanding seperti sepasang kekasih ? Tanpa Bumi, akankah pohon dan bunga bisa berkembang ? Sementara tanpa Langit, akankah air dan panas bisa tersediakan ? Sebagaimana ALLAH memberikan hasrat pada laki-laki dan perempuan sehingga dunia menjadi terpelihara oleh kesatuan mereka. ALLAH juga menanamkan ke semua eksistensi, hasrat untuk mencari belahannya. Siang dan malam nampak bermusuhan; namun keduanya mengabdi pada satu tujuan. Masing-masing saling mencintai untuk menyempurnakan karya besar mereka. Tanpa malam, alam manusia tidak akan punya penghasilan, sehingga tidak ada yang akan dibelanjakan di waktu siang. -Jalaluddin Ar-Rumi-
Cinta tak akan sempurna tanpa takut dan harap.. Cinta bagaikan kepala burung, takut dan harap adalah sayapnya. yang tidak akan bisa terbang jika tidak ada salah satunya… beribadah hanya karena cinta adalah zindiq, beribadah hanya karena takut adalah harury, beribadah hanya karena harap adalah murjiy… sedangkan orang yang benar ibadahnya harus menyatukan tiga rasa tsb. Wallahu a’lam

Menggugat CINTA

“Ketahuilah, bahwa sesugguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-bangga dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang membuat para petani terkagum-kagum dengan tanaman-tanamannya, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya menguning lalu hancur. Dan diakhirat kelak ada azab yang keras dan ampunan dari ALLAH serta keridhoanNya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al-Hadid[57];20) Pagi ini saya kedatangan seorang sahabat lama, seorang lelaki tampan berkumis bak Andi Malarangeng :) suaranya ngebazz bak penyanyi jazz, perawakannya tinggi dan senyumnya manis, tutur katanya lembut memabukan, dan pagi ini dia menasehati saya satu hal yang membuat saya tertohok “De, jangan pernah memiliki keterikatan dengan dunia, dunia ini hanya proses pembelajaran untuk mengenal who we are and to siapa pemilik kita, dan jangan pernah loss contact dengan ALLAH di setiap helaan napas, karena cinta itu hanya DIA, cinta kepada istri, harta, anak, dunia hanya refleksi dari cinta ALLAH karena dilubuk hati yang paling dalam cinta itu milik ALLAH, hanya DIA yang berhak kita cintai, tersimpan dialam De” Oopps, kemudian dari rasa tertohok oleh sahabat saya, saya mencoba menemukan jawaban, benarkah konteks cinta yang dibicarakan sahabat saya, yes I got it :) dunia ini ternyata hanya permainan toh dan cinta? cinta itu hanya refleksi dari cinta kepada ALLAH, jadi memang tak ada keterikatan kita sama sekali dengan dunia, semua akan lepas … mungkin lepas hari ini, esok lepas atau lusa lepas, pasti lepas :) Again, kemudian jika saya tahu bahwa semua yang ada disekeliling saya ini bukan milik saya dan tak terikat oleh saya, kenapa saya harus menangis ketika sang pemilik mengambilnya, kekasih saya diambil karena memang tak mungkin selamanya dia untuk saya, pekerjaan saya diambil yah memang tidak ada yang bilang saya akan selamanya bekerja disitu, mobil saya diambil dan saya harus naek bis karena memang mobil itu akan rusak, mesinnya akan lelah, lalu kenapa dong harus marah karena gak punya mobil :) bodoh lah kalau saya menangisi yang bukan milik saya. Cemen istilah sahabat saya :) Lalu ketika semua yang saya cintai diambil kembali oleh pemilik cinta, apa saya harus menggungat cinta? cinta kan datang dan pergi, “jadi lo mulai percaya De kalau cinta itu ada?” kemajuan nih, cinta itu ada memang tapi bukan untuk saya, Jadi mau gugat ke siapa dong? mau protes ke ALLAH “ya ALLAH saya mau dia karena saya mencintai dia dan dia mencintai saya” itu kan kata saya … dan kata ALLAH lah yang terjadi bukan kata saya, lalu mengapa dong harus sedih, patah hati 7 hari 7 malam :P Saya membayangkan ketika saya meminjamkan mobil saya kepada sahabat saya, kemudian dia protes ketika saya akan mengambilnya, meraung raung nangis sambil bilang “jangan ambil milik gue De” hahahaha … pantes gak? apalagi sampai menggungat dan claim bahwa itu miliknya. Dan terbayang oleh saya bahwa semua yang saya miliki ini hanya titipan ALLAH kemudian saya protes dan gugat ALLAH, kira kira apa yang akan ALLAH lakukan? MENEGUR saya itu pasti … Dan teguran ALLAH amat keras. Sungguh semua yang ada didunia ini tak ada keterikatan sama sekali dengan saya, semua hanya milik ALLAH yang harus saya ikhlaskan ketika ALLAH menghendaki kembali, cinta, pekerjaan, orang tua, sahabat, mobil, tas, kecantikan … apa yang milik saya? TIDAK ADA. Dengan menyadari bahwa semua adalah titipan seharusnya saya berpikir untuk mengembalikannya dalam keadaan baik, jiwa saya akan saya kembalikan ke ALLAH dalam keadaan terbaik, semua akan saya pasrahkan untuk diambil oleh ALLAH semoga saya kuat jika saat berpisah itu tiba, bukankah dunia akan terpisah dari kita? tak ada keterikatan sama sekali, dan jangan mau diikat … apalagi dirantai oleh dunia. gak deh !! :P

Tuesday, August 17

Jenis-Jenis Lontara

Lontara adalah manuskrip-manuskrip yang berupa catatan-catatan tertulis  yang  aslinya ditulis di daun lontar  dengan menggunakan alat tajam, kemudian dbubuhi warna hitam pada bekas guratan-guratannya. Sehingga a dapun tanda-tanda bunyi atau aksara yang dipergunakan disebut AKSARA LONTARA. Lontara asli sudah sukar  ditemukan. Kemudian muncullah sejenis alat tulis yang menggantikan benda tajam untuk menorah yang disebut  “Kallang” yaitu semacam alat yang dipakai untuk menulis pada Papan Batu ( Bugis :Papeng Batu).Setelah ditemukannya kertas yang menggantikan posisi daun lontar dan Papan Batu sebagai tempat menulis maka nama Lontara tetap dipertahankan. Manuskrip-manuskrip atau catatan-catatan tertulis itu beraneka ragam isinya anatara lain :
1.       PASENG
Paseng ialah kumpulan amanat keluarga atau orang-orang bijak yang diamanatkan turun-temurun dengan ucapan-ucapan yang dihafal, yang kemudian dicatat dalam lontara dan dijadikan semacam pusaka turun-temurun. Paseng yang demikian dipelihara dan menjadi kaidah hidup dalam masyarakat  yang harus dihormati.. Bentuk pelanggaran Paseng Keluarga di atas bagi seseorang anggota keluarga maka  orang itu akan dikucilkan oleh keluarganya.. Bagi orang yang tidak memperdulikan paseng dimasukkan dalam golongan ORANG YANG TAK DAPAT DITANAM BATUNYA (Bugis : Tempedding Ritaneng Batunna} dan tak boleh dijadikan keluarga.
Paseng dapat juga berupa perjajnjian atara dua pihak atau lebih yang harus ditaati. Paseng dapat juga berupa amanta sepihak kepada keluarga turun-temurun. Misalnya : (a) perjajnjian Tomanurung dengan Rakyat, (b) larangan untuk mengawini keturunan bekas tuan, dan (c) mengikat persaudaraan yang kekal turun-temurun antara kaum dengan kaum yang lainnya.
2.       ATTORIOLONG
Kumpulan catatan mengenai silsilah para raja, keluarga bangsawan, dan keluarga-keluarga tertentu. Attoriolong dapat diambil bahan-bahan  untuk menyusun sejarah atau menyusun silsilah seseorang. Dengan demikian, Attoriolong merupakan kumpulan catatan-catatn peristiwa  lalu yang dialami orang dahulu. Seperti Attoriolongna Bone yang menceritakan tentang silsilah raja Bone serta peristiwa-peristiwa yang dialaminya.
3.       PAU-PAU RI KADONG
Pau-Pau ri Kadong ialah cerita rakyat yang mengandung legenda tentang berbagai kejadian atau peristiwa luar biasa, namun kebenarannya diragukan. Misalnya cerita didirikannya sebuah kerajaan. Pau-Pau ri Kadong adakalanya menggambarkan  peristiwa atau kejadian-kejadian yang tak masuk akal, tetapi kejadian yang tak masuk akal tersebut dinyatakan terus terang sebelum pencerita menceritakannya. Dalam Pau-Pau ri Kadong sebagai lontara melukiskan sesuatu kisah dengan berbagai macam gaya pantastis sebagai daya tarik dan sebagi obat pelipulara dan sifatnya menghibur..
4.       TOLO’  ATAU  PAU-PAU
Tolo’ atau Pau-Pau sering disebut Ruaja , yaitu semacam cerita rakyat yang sudah tertulis yang biasanya menceritakan  tentang tokoh yang  benar-benar pernah ada. Cara penyajiannya adakalanya disertai bumbu-bumbu seperti pau-pau ri kadong tetapi lebih banyak mengandung fakta-fakta yang masuk akal, misalnya  “Tolo’ Rumpa’na Bone” yang mengisahkan peperangan Bone dan tokoh-tokohnya.
5.       PAPPANGAJA
Adalah kumpulan pedoman hidup atau nasihat yang diberikan oleh orang tua kepada anak keturunannya. Misalnya “ Pappangaja” yang kesohor di kalangan Bugis-Makassar yang biasa disebut “Budi Istihara” semacam hikayat orang Melayu yang berasal dari kepustakaan orang Arab.
6.       ULU – ADA
Yaitu manuskrip mengenai perjajnjian antar Negara atau kerajaan. Misalnya, “ LamumpatuE ri Timurung”  adalah Ulu-Ada atau Perjanjian anatara Bone, Wajo, dan Soppeng untuk bersama-sama menghadapi agresi kerajaan Gowa. Demikian juga perjajnjian perdamaian anatara Gowa dan VOC yang disebut “Cappa’E ri BungaE”
7.       SURE’ BICARA ATTORIOLONG
Adalah kumpulan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dalam negeri-negeri yang berazas pada adat leluhur.  Jadi dapat disebut sebagai peraturan-peraturan leluhur yang ditaati  berdasarkan kebijakan yang dilimpahkan oleh leluhur berupa “Ade” atau petunjuk-petunjuk yang bersifat normative dalam kehidupan masyarakat. Misalnya “ Rapang ri Lalenna Bone ri Palilina Bone” yakni rapang yang berlaku di Tana Bone dan negeri-ngeri yang ditaklukkan.
8.       PAU-KOTIKA
Adalah kumpulan catatan tentang waktu-waktu yang baik dan buruk untuk melakukan suatu perbuatan. Misalnya, memberi petunjuk tentang waktu yang baik memulai mengerjakan sawah. Mendirikan rumah, dan sebagainya.
9.       SURE’  EJA
Merupakan kumpulan Elong atau syair-syair atau prosa lirik yang dinyayikan pada upacara tertentu. Misalnya  (a) elong-osong yaitu nyanyian perang yang dinyayikan untuk menghadapi perang (b) elong-padodo ana’  saat meninabobokkan anak (c) elong-Massagala yaitu dinyayikan untuk mengusir semacam penyakit, dan (d) elong-Kallolo yakni syair yang dipergunakan oleh kaum muda-mudi untuk saling menyindir dan merindu.
10.   SURE’  BAWANG
Yaitu kumpulan cerita-cerita roman segala macam jenis. Seperti roman masyarakat, roman perang, dan sebagainya.

(Sumber Referensi : Latoa, Mattulada 1985 hal. 16-19)

Bone dalam Riwayat

Bone dahulu disebut TANAH BONE. Berdasarkan LONTARAK bahwa nama asli Bone adalah PASIR, dalam bahasa bugis dinamakan Bone adalah KESSI (pasir). Dari sinilah asal usul sehingga dinamakan BONE. Adapun bukit pasir yang dimaksud kawasan Bone sebenarnya adalah lokasi Bangunan Mesjid Raya sekarang ini letaknya persis di Jantung Kota Watampone Ibu Kota Kabupaten Bone tepatnya di Kelurahan Bukaka. Kabupaten Bone adalah Suatu Kerajaan besar di Sulawesi Selatan yaitu sejak adanya ManurungngE Ri Matajang pada awal abad XIV atau pada tahun 1330. ManurungngE Ri Matajang bergelar MATA SILOMPO’E sebagai Raja Bone Pertama memerintah pada Tahun 1330 – 1365. Selanjutnya digantikan Turunannya secara turun temurun hingga berakhir Kepada ANDI PABBENTENG sebagai Raja Bone ke– 33 Diantara ke – 33 Orang Raja yang telah memerintah sebagai Raja Bone dengan gelar MANGKAU, terdapat 7 (tujuh) orang Wanita.

Struktur Pemerintahan Kerajaan Bone dahulu terdiri dari :

ARUNG PONE (Raja Bone) bergelar MANGKAU

• MAKKEDANGNGE TANAH ( Bertugas dalam bidang hubungan/urusan dengan kerajaan lain (Menteri Luar Negeri)

• TOMARILALENG (Bertugas dalam Bidang urusan dalam daerah Kerajaan lain (Meteri dalam Negeri)

• ADE PITU (Hadat Tujuh)

Balada Heroik Pahlawan Bugis

KISAH HEROIK
LAPAWAWOI KARAENG SIGERI MELAWAN BELANDA TAHUN 1905
Dilukiskan dalam bentuk Sastera Bertutur

Prolog

Lapawawoi Karaeng Sigeri Raja Bone ke-31 bersama putranya Abdul Hamid Baso Pagilingi yang populer dengan nama Petta Ponggawae  menunjukkan kepahlawanannya dalam perang Bone melawan Belanda tahun 1905. Walaupun Belanda menyerang dengan persenjataan lengkap dengan tentara terlatih, akan tetapi Lapawawoi Karaeng Sigeri  tidak menjadi gentar. Dengan jiwa kesatria yang membara, ia menghadapi serangan Belanda di berbagai tempat.
Pendaratan tentara Belanda di pantai Timur Kerajaan Bone di kawasan laut Teluk Bone (ujung Pallette-BajoE-Ujung Pattiro), Lapawawoi Karaeng Sigeri menyatakan perang diseluruh wilayah kerajaan Bone terhadap kompeni Belanda. Tindakan penuh keberanian ini dilakukan setelah mendapat dukungan dari anggota Hadat Tujuh serta Seluruh pimpinan Laskar Kerajaan Bone.
Di bawah pimpinan Panglima operasinya Kolonel Van der Wedden, Belanda melakukan serangan sporadis ke kubu-kubu pertahanan Laskar Kerajaan Bone. Walaupun mendapat perlawanan yang cukup sengit dari Laskar kerajaan Bone, akan tetapi persenjataan Tentara Belanda yang lengkap akhirnya tentara Belanda berhasil memukul mundur Laskar kerajaan Bone yang dipimpin oleh Lapawawoi Karaeng Sigeri bersama Petta Ponggawae dan Seluruh keluarganya. Pada tanggal 30 Juli 1905 tentara Belanda berhasil merebut Saoraja (Istana Raja) di Watampone dan menjadikannya sebagai basis pertahanannya.
Selama Selama kurang lebih lima bulan (Juli-November ) Lapawawoi Karaeng Sigeri bersama Petta Ponggawae beberapa kali memindahkan pusat pertahanannya. Hal ini dilakukan agar segenap Laskar Kerajaan Bone yang terpencar di berbagai tempat senantiasa dapat melakukan kontak dengannya. Adapun pusat-pusat pertahanan Laskara Kerajaan Bone pada waktu itu anatara lain :  Palakka, Pasempe, Gottang, Lamuru, dan Citta di daerah Soppeng. Pusat pertahanan yang terakhir yang merupakan tempat gugurnya Petta PonggawaE adalah Bulu Awo di perbatasan Siwa dengan Tanah Toraja.
Dalam kondisi yang tidak menentu, menyusul kejaran Serdadu Belanda juga semakin gencar, maka kedua petinggi kerajaan Bone merubah taktik perangnya dari perlawanan frontal menjadi perang gerilya. Hal ini dilakukan karena semakin sulitnya mengkoodinir laskar-laskar Kerajaan Bone yang terpencar di berbagai tempat. Terutama Laskar-Laskar yang berada di wilayah selatan Kerajaan Bone di bawah komando Latemmu Page  Arung Labuaja. Namun kian hari stamina laskar kerajaan Bone semakin menurun sementara serdadu Belanda menguber pusat-pusat pertahannya.
Perlawanan Lapawawoi Karaeng Sigeri terhadap Belanda tahun 1905 dikenal dengan nama RUMPA’NA BONE ( Bobolnya Pertahanan Bone). Sedang pihak Belanda menyebutnya sebagai AKSI MILITER TERHADAP BONE. Istilah RUMPA’NA BONE berasal dari pernyataan Lapawawoi Karaeng Sigeri sendiri ketika menyaksikan secara langsung Petta Ponggawae (putranya sendiri) gugur diterjang peluru tentara Belanda. Hal ini diungkapkan dengan kalimat Bugis yang kental “ RUMPA’NI BONE” (Bobollah Benteng Pertahanan Bone). Maka dengan gugurnya Petta Ponggawae sebagai Pahlawan Tana Ugi, maka Lapawawoi Karaeng Sigeri beranggapan bahwa benteng pertahanan Kerajaan Bone telah bobol dan dikatakanlah “RUMPA’NI BONE
ak dapat disangkal, bahwa ada segelintir kalangan yang melihat secara apriori peristiwa Rumpa’na Bone sebagai lembaran kelabu dalam sejarah perlawanan Rakyat Bone dalam menghadapi serangan serdadu Belanda. Kalangan tersebut beralasan bahwa, peristiwa Rumpa’na Bone yang ditandai dengan gugurnya Panglima Perang Kerajaan Bone (Petta Ponggawae) dan tertangkapnya Raja Bone (Lapawawoi Karaeng Sigeri) oleh tentara Belanda, menunjukkan betapa rapuhnya pertahanan Rakyat Bone melawan penjajah ?
Namun sebagian besar kalangan mengatakan, bahwa peristiwa Rumpa’na Bone yang diawali dengan perlawanan yang cukup sengit yang ditandai gugurnya ribuan laskar Bone adalah sebuah peristiwa heroik yang jarang ditemukan tandingannya. Langkah yang ditempuh oleh Lapawawoi Karaeng Sigeri bersama putranya Petta Ponggawae (Abdul hamid Baso Pagilingi) selaku Panglima Perang merupakan langkah patriotis yang cukup berani hingga rela meregang nyawa demi Tana Bone.
Kalau bukan karena jiwa patriotis, Lapawawoi Karaeng Sigeri selaku tokoh sentral perlawanan Rakyat Bone pada masa itu melawan tentara Belanda, mungkin ceritanya menjadi lain. Apakah menerima tawaran kerjasama dengan Belanda yang berarti membiarkan Komponi Belanda menjajah Kerajaan Bone. Namun yang pasti hal itu tak mungkin terjadi, karena ribuan Laskar Kerajaan Bone yang terkapar bersimbah darah di sepanjang pantai Bajoe. Para suhada Bugis tersebut didorong oleh SIRI’ NA PESSE untuk mempertahankan tanah tumpah daerahnya dari penjajahan Belanda.
Dalam kenyataannya memang harus diakui, bahwa persenjataan Belanda yang lengkap ditunjang dengan ketangguhan personil militernya jauh berada di atas bila dibandingkan dengan persenjataan yang dimiliki oleh Laskar Kerajaan Bone. Tetapi ketika kita mengenang kisah perlawanan Lapawawoi Karaeng Sigeri terhadap Belanda yang pada akhirnya Petta Ponggawae Gugur dan Lapawawoi Karaeng Sigeri sendiri tertawan, maka seyogianya patut dikenang dan direnungkan oleh generasi berikutnya.

    Berikut ini kami haturkan untaian Balada Kisah  Heroik seorang RAJA BUGIS

1.Bismillahirrahmanirrahim. Dengan petunjuk dan karunia-Nya, dengan kebesaran dan keagungan-Nya, kurentang benang merah sejarah, kurangkai peristiwa, kutulis ini kisah.
2.Kisah heroik seorang Raja Bugis melawan Belanda si Mata Pute. Dengan semangat patriotik membara, dan jiwa kesatria yang mendidih, didorong oleh Toddo’ Siri, na pesse’
3.Terlukis indah di lembaran sejarah. Terpatri abadi di hati Rakyat bone. Dari generasi ke ke generasi selanjutnya. Sebagai bukti keteguhan hati nurani. Orang Bugis berdarah Wija To Bone
4.Lapawawoi Karaeng Sigeri namanya. Raja Bone yang ketigapuluh satu. Bersama putranya yang gagah perkasa Andi Abdul Hamid Baso Pagilingi. Panglima Perang Kerajaan Bone
5.Didukung oleh hadat Tujuh Bone. Dan Seluruh pimpinan Laskar pemberani. Arungpone Lapawawoi Karaeng Sigeri. Mengangkat senjata melawan penjajah. Hingga tetes darah penghabisan.
6.Dalam sejarah Bone disebutkan. Awal pecahnya perang yang dahsyat. Di pantai Timur Celebes Selatan. Di Pagi yang sejuk pada bulan Juli Tahun seribu sembilan ratus lima.
7.Ketika matahari mulai merekah. Di ufuk timur tiada berawan. Memancarkan cahaya indah keemasan. Menyepuh seantero Kerajaan Bone. Begitu indah ciptaan sang Khalik.
8.Di Baruga Saoraja Bone nan asri. Lapawawoi Karaeng Sigeri dan permaisuri. Duduk tenang di atas Tappere Boddong. Rituddukeng Lamangolokkelling Cempanigae. Diapit Pattetteng dan Jowa pemberani.
9.Di bawah nuangan Teddung Pulaweng dan bendera Kerajaan SamparajaE. Arungpone bersama permaisuri. Dihibur Tari Pajoge dan lagu Ongkona Bone oleh Bissu pengawal setia Saoraja.
10.Gendang dipukul bertalu-talu. Lagu berdendang begitu syahdu. Lemah gemulai penari bisu. Indah nian menyejukkan hati. Mengikuti irama klasik Tana Ugi.
11.Di hati Arungpone dan permaisuri. Timbul kekaguman yang sangat mendalam. Betapa tinggi budaya Leluhur. Warisan Kerajaan Bone di Tanah Ugi. Kembanggaan SEMPUGI di Celebes Selatan.
12.Langit Kerajaan Bone pagi itu. Nampak cerah diliputi udara sejuk. Tak terbayang akan datang mendung kelabu. Tak terpikir akan munculnya prahara. Yang membuat Tana Ugi bergolak.
13.Di atas Singgasana Kerajaan Bone. Arungpone bersama permaisuri. Nampak tegar dan tenang penuh wibawa. Di wajahnya terbaca gurat kepemimpinan. Selaku raja yang bijak dan berhati jernih.
14.Seorang Pengawal datang melapor. Atas datangnya utusan Arung Tanete. Untuk menyampaikan suatu berita. Dari Hasil pengamatan di sepanjang pantai. Antara Ujung Pattiro-Ujung Pallette.
15.Kemeriahan pun seperti tersentak. Bunyi gendang, suling, dan kecapi. Semua berhenti tak lagi terdengar. Gerak gemulai penari-penari Bissu. Nampak terkulai seperti lesu dan kaku.
16.Keluarga Saoraja diliputi kecemasan. Di wajah permaisuri terbaca kebingungan. Kecuali Arungpone Lapawawoi Karaeng Sigeri. Kelihatan tetap tegar dan sangat tenang. Menanti berita dari utusan Arung Tanete.
17.Hasil pengamatan Arung Tanete. Di sana di Perairan Teluk Bone. Kelihatan banyak kapal beriring-iring. Berlayar dari selatan menuju utara. Semakin dekat di Pantai Bajoe.
18.Mendengar itu, Arungpone tertunduk. Lalu bangkit menganggukkan kepala. Menyimak dalam lubuk hatinya. Akan makna laporan dari Arung Tanete. Entah gejolak apa yang timbul di benaknya.
19.Tatapan matanya menerawang jauh. Memandangi cakrawala tak terbatas.. Ada kemelut yang sulit dipecahkannya. Menimbulkan seribu tanda tanya. Di hati permaisuri dan keluarga Saoraja.
20.Dengan suara datar Arungpone bertutur. Mengungkap misteri laporan Arung Tanete. Bahwa kapal-kapal yang beriring-iring. Di sana di perairan Teluk Bone Adalah milik Belanda si Putih Mata.
21.Arungpone Lapawawoi Karaeng Sigeri. Menitip pesan kepada Arung Tanete. Agar tetap melakukan pengamatan. Akan maksud kedatangan kapal Belanda. Yang semakin mendekat di Pantai Bajoe.
22.Sebab menurut pikiran Arungpone. Belanda selalu berupaya untuk mencaplok dan menjajah. Menanamkan kuku-kukunya di atas bumi Kerajaan Bone yang subur.
23.Kepada Arung Tanete dan Rakyatnya. Arumpone minta agar tetap tenang. Menunggu perintah dari Saoraja. Dari kesepakatan antara Mangkau’E. Dengan segenap anggota Hadat Bone.
24.Kesepakatan dan kebulatan tekad. Dari pemikiran dan pertimbangan yang jernih. Untuk membela dan mempertahankan. Kerajaan Bone dan Seluruh Rakyatnya. Dari cengkeraman tangan-tangan penjajah.
25.Kecemasan dan kegelisahan permaisuri. Nampak jelas di wajahnya yang bening. Dengan pandangan sayu menatap arungpone. Mengharap jawaban penyejuk hati. Tentang kedatangan kapal-kapal Belanda.
26.Sementara di perairan Teluk Bone. Berkumpul eskader kapal perang Belanda. H.M. Hendrik Hertog pembawa bendera. Diatasnya Komandan Eskader Matra Laut. Mengadakan rapat dengan Panglima Tempur.
27.Melalui teropong dari atas kapal. Nampak keindahan alam Kerajaan Bone. Sawah dan ladang terbentang luas. Pohon lontar dan nyiur melambai-lambai. Sungai-sungai mengalir dengan jernih.
28.Bukit dan gunung berhutan lebat. Binatang ternak berlarian kian kemari. Burung-burung beterbangan di udara. Ombak memutih memecah pantai. Panorama alam indah menawan hati.
29.Keindahan itulah membuat Belanda semakin bernafsu. Untuk segera melakukan pendaratan. Bagai kelompok singa kelaparan. Mengintai buruannya di balik belukar.
30.Suasana di Saoraja semakin galau. Seluruh penghuni dicekam kecemasan. Permaisuri melangkahi mendekati Arungpone yang tetap tegar dan tenang di tempatnya. Selaku raja yang berpikiran tajam.
31.Dengan suara lembut permaisuri bertanya. Apa betul kapal-kapal itu milik Belanda. Datang untuk menyerang Kerajaan Bone. Lalu bagaimana langkah-langkah Arungpone. Dalam mempertahankan dan menyelamatkan rakyatnya.
32.Arungpone Lapawawoi Karaeng Sigeri. Membujuk permaisuri yang nampak gelisah. Menenagkan gejolak dalam hati dan pikirannya. Tawakkal kepada Allah dan Nabi-Nya.
33.Tellabu Essoe ri Tengngana Bitarae. Segalanya berjalan menurut kodratnya. Demikian Arungpone membujuk permaisuri. Dan segenap keluarga penghuni Saoraja. Yang nampak bingung penuh kecemasan.
34.Arungpone tetap yakin dan percaya. Kerajaan Bone sangat kuat dan tangguh. Dengan ribuan Laskar Pakkanna Passiuno. Yang rela mati berlumuran darah merah. Dari pada hidup di jajah Belanda.
35.Belanda boleh menerobos pertahanan Bone. Setelah melangkahi ribuan laskar. Dengan semangat patriotis sejati. Siap bertarung di Walawala Bessie. Bermandi darah di Appasareng Kannae.
36.Mendung kelabu di atas kerajaan Bone. Nampak semakin tebal, pekat dan hitam. Pertanda bakal datangnya malapetaka. Angin puting beliung telah berhembus. Disertai Guntur dan kilat menyambar-nyambar.
37.Permaisuri kelihatan semakin gelisah. Arungpone seperti tak berhenti berpikir. Penghuni Saoraja dicekik ketakutan. Perang bakal berkobar meminta korban. Tana Ugi sebentar lagi bersimbah darah.
38.Dalam suasana yang semakin galau. Seorang lagi pengawal datang melapor. Atas kedatangan dua orang tamu asing. Karaeng Marusu bersama temannya. Utusan Belanda dari perairan Teluk Bone
39.Laporan itu mengejutkan permaisuri. Kekesalan di hatinya terbayang di wajahnya. Meluap bagai nyala api dihembus angin. Dengan kalimat meledak tak terkendali. Menolak kedatangan utusan Belanda.
40.Bangkit berdiri Sang Permaisuri. Melepas uneg-uneg yang menggurita. Dalam hatinya yang panas membara. Agar Karaeng Marusu bersama temannya tidak memasuki halaman Saoraja.
41.Arungpone yang bijak berhati lembut. Kembali menenangkan permaisuri. Menyiram nyala api yang meluap. Agar tidak menampakkan kekesalan kepada karaeng Marusu bersama teman.
42.Di pintu Saoraja yang dijaga pengawal. Karaeng Marusu bersama temannya. Membungkuk memberi penghormatan. Lalu keduanya langsung duduk bersila di depan Arungpone dan Permaisuri.
43.Dengan kalimat bergetar putus-putus. Karaeng Marusu kepada arungpone. Bahwa dirinya utusan Komandan Belanda. Yang sekarang berada di atas kapal. Menunggu kabar di perairan Teluk Bone.
44.Tertegun Lapawawoi Karaeng Sigeri. Menyimak berita dari utusan Belanda. Berpikir dan berpikir mencari yang terbaik. Gurat-gurat kewibawaan kembali terbaca di wajahnya yang nampak semakin menua.
45.Kemudian memandang jauh ke depan. Sejauh analiasa dan bisikan hatinya. Membayangkan Kerajaan bone yang subur buminya. Membayangkan wajah-wajah Rakyatnya.
46.Selaku raja yang memiliki firasat. Nalar dan mata batin yang tajam. Kalimat yang sarat makna filosofi. Arungpone menjawab tawaran Belanda. Kepada karaeng Marusu bersama temannya.
47.Arungpone menyemak dan memahami. Kedatangan Belanda di Teluk Bone. Namun tidak bisa bertindak sendiri. Untuk menerimanya mentah-mentah. Harus didukung oleh Hadat Tujuh Kerajaan Bone.
48.Dengan kalimat putus-putus dan ragu. Karaeng Marusu mengajukan pertanyaan. Tentang sikap dan langkah Arungpone. Menerima atau menolak tawaran Belanda. Karena dia tidak bisa berlama-lama.
49.Dengan tenang Arungpone menjawab. Di Kerajaan Bone yang saya cintai ini. Ada rambu-rambu yang harus dipatuhi. Disebut “ Ade Mappura Onrona Bone” Warisan Leluhur yang dijunjung tinggi.
50.Apapun yang akan dilakukan di Bone. Harus lahir dari musyawarah dan mufakat. Antara Mangkau selaku raja disitu pihak. Dan anggota Hadat Bone dilain pihak. Sebagai wujud demokrasi sejati.
51.Jadi tentang maksud tawaran Belanda. Arungpone tidak bisa menetukan sekarang. Menunggu hasil musyawarah dan mufakat. Diterima sebagai awal suatu persahabatan. Atau ditolak sebagai awal pecahnya perang.
52.Setelah mendengarkan pesan Arungpone. Karaeng Marusu dan temannya mohon pamit. Dengan langkah gontai meninggalkan saoraja. Berjalan ke arah timur menuju Pantai Bajoe. Dengan hati yang dongkol, kesal dan kecewa.
53.Di Pelabuhan Bajoe keduanya naik sampan. Menuju kapal S.S.Riemsdijk di Teluk Bone. Di mana Panglima ekspedisi van Loenen. Dengan perasaan cemas penuh harap. Telah lama menunggu kedatangannya.
54.Di depan Panglima Ekspedisi Van Loenen. Karaeng Marusu dan temannya menyampaikan. Pesan yang mengisyaratkan penolakan dari Arungpone Lapawawoi Karaeng Sigeri. Raja yang mematuhi kehendak rakyatnya.
55.Kabar itu membuat Van Loenen naik darah. Kehendaknya dilecehkan dan tidak digubris. Wajah bengis memandang ke arah pantai. Nafsu serakahnya menggerogoti kepikirannya. Menyerang Bone dengan kekuatan senjata.
56.Suatu ultimatum bernada ancaman. Ditulisnya dengan emosi meluap-luap. Dalam tempo satu kali dua puluh empat jam. Kehendak tidak diiyakan dan dipenuhi. Maka Kerajaan Bone segera dibumihanguskan.
57.Ultimatum Tertanggal Sembilan Belas Juli Tahun Seribu Sembilan Ratus Lima. Diberikan kepada La Pattola Daeng Massappo. Orang Bone yang diinterner di Ujung Pandang. Agar secepatnya diberikan kepada Arungpone.
58.Menerima Ultimatum dan ancaman demikian. Tidak membuat hati Arumpone menjadi gentar. Sebagai Raja Bugis yang mempunyai harga diri. Darah Bugis dan patriotisnya mendidih. Bertekad melawan Belanda Si Putih Mata.
59.Baginya tidak ada kata untuk menyerah. Apalagi tunduk di bawah kekuasaan penjajah. Harga diri sebagai Orang Bugis Wija To Bone. Toddopuli Siri Napesse harus ditegakkan. Demikian bisikan yang muncul di hatinya.
60.Segenap Anggota hadat Tujuh diundang. Arung Ponceng, Arung Tanete Riawang, Arung Macege, Arung Tanete Riattang, Arung Ta’, Arung Ujung, Arung Tibojong. Agar segera datang berkumpul di Saoraja.
61.Diundang pula Abdul Hamid Baso Pagilingi. Selaku Panglima Perang Kerajaan Bone. Bersama Seluruh pimpinan Laskar Pemberani. Untuk datang memenuhi undangan Arungpone. Guna menanggapi Ultimatum dari Belanda.
62.Hanya berselang beberapa saat saja. Semasih daun sirih belum hancur terkunyah. Dan periuk di dapur belum juga mendidih. Para undangan berdatangan dari segala arah. Semua hadir memenuhi undangan Arumpone.
63.Setelah semuanya tenang di tempat duduk. Arung Ponceng bertanya kepada Arungpone. Mungkin ada sesuatu yang penting dibicarakan. Sehingga Puatta Arungpone mengundang kita. Untuk datang dan berkumpul di Saoraja.
64.Sebelum mengemukakan maksud undangannya. Arungpone menatap satu-satu tamu yang hadir. Tatapannya mulai dari anggota hadat Tujuh Bone. Sampai kepada Abdul Hamid Baso Pagilingi. Dan Pimpinan Laskar Pakkanna Passiuno.
65.Dengan suara serak-serak basah. Lapawawoi Karaeng Sigeri mulai bicara. Sebagai Orang Bugis yang punya harga diri. Yang menjunjung tinggi Ade- Pangadereng. Kita perlu menyatakan pendapat.
66.Semua yang hadir nampak semakin gelisah. Menunggu lanjutan pembicaraan Arungpone. Membuat suasana menjadi hening sejenak. Tak seorangpun yang mengeluarkan kata. Sementara Permaisuri nampak tertunduk.
67.Dengan tarikan nafas yang panjang. Arungpone melanjutkan pembicaraan. Tentang datangnya dua orang utusan Belanda. Mengajak untuk menjalin kerjasama. Mengelola Pelabuhan Pallime dan Bajoe.
68.Selanjutnya Belanda akan mempersatukan. Jumpandang, Bone, Luwu, dan Tanah Toraja. Menurut pikiran Lapawawoi Karaeng Sigeri. Itu merupakan awal dari sebuah jebakan. Untuk menggiring ke dalam bentuk penjajahan.
69.Dari saku Arungpone ditariknya secarik kertas. Ultimatum yang diterimanya dari Belanda. Kalau keinginan yang ditawarkan ditolak. Kerajaan Bone akan diserang dan dihancurkan. Dalam tempo satu kali duapuluh empat jam.
70.Mendengar penjelasan dari orang tuanya. Baso Pagilingi Petta Ponggawae naik darah. Berdiri dan menghormat kepada Arungpone. Selaku Panglima Perang Kerajaan Bone. Jiwa patriotis, semangat kesatrianya tergugah.
71.Menurut pandangan mata batinnya. Suatu malapetaka terbayang di depannya. Kerajaan Bone akan hancur porak-poranda. Seluruh rakyatnya hidup di bawah penjajahan. Apabila keinginan Belanda itu diterima.
72.Lalu Baso Pagilingi Petta Ponggawae. Memohon ampun kepada Ayahandanya. Juga kepada Seluruh anggota Hadat Bone. Agar mempertimbangkan matang-matang. Untuk menerima ajakan dan tawaran Belanda.
73.Sebab menurut yang muncul di benaknya. Belanda tidak bisa dipercaya omongannya. Pantang untuk diikuti segala keinginannya. Apalagi menerima apa yang ditawarkannya. Di hatinya sejali sekalindang sifat penjajah.
74.Berdiri menghormat pula Arung Ponceng. Salah seorang anggota Hadat Tujuh Bone. Membenarkan ucapan Petta Ponggawe. Diamini oleh anggota hadat Tujuh lainnya. Menolak tawaran Belanda Si Putih Mata.
75.Dulung Ajangale, Lamuru, Awang Tangka, arung Palili dan Pimpinan Laskar pemberani. Menyatakan siap mengamankan kesepakatan. Arungpone dengan Hadat Tujuh Bone. Walau harus ditebus dengan harta dan nyawa.
76.Lapawawoi Karaeng Sigeri kecintaan rakyat. Memandang ke kiri, ke kanan lalu tersenyum. Ini namanya terpaut ujung dan pangkalnya. Telah bertemu pula buku dan ruasnya. Pedapatnya seirama pendapat rakyatnya.
77.Dengan gurat-gurat usia yang nampak menua. Arunpone mengajak semua yang hadir. Menggalang kekuatan menghimpun tenaga. Mengangkat senjata melawan penjajah. Membela Kerajaan Bone dan rakyatnya.
78.Abdul Hamid Baso Pagilingi Petta Ponggawae. Selaku Panglima Perang mendapat perintah menghimpun kekuatan. Untuk menghadapi serangan serdadu Belanda. Mulai Ujung Pattiro hingga Ujung Pallette.
79.Perintah yang sangat ditunggu-tunggu. Disambutnya dengan mengucapkan ikrar. Berdiri dan mencabut keris “Raja Bagusu” keris pusakanya yang selalu menyertainya. Diayunkan ke kiri maupun ke kanan penuh semangat.
80.Matanya merah menyorot bagai bara api. Bersumpah dan berikrar untuk tetap setia. Membela dan mempertahankan Kerajaan Bone. Rela mati ditembus peluru penjajah.
81.Mendengar ikrar Baso Pagilingi. Semangat Patriotik hadirin seperti tersulut api. Gelora jiwa kesatria nampak terbaca. Di wajah para pemberani Kerajaan Bone. Arungpone tenang dan tegar di tempatnya.
82.Tidak ketinggalan pula Arung Tanete. Dengan sorotan mata menyala-nyala. Memberi hormat kepada Arungpone. Mencabut keris pusaka kesayangannya. Mengucapkan ikrar menghadapi Belanda.
83.Darah kesatria Arung Sailong tergugah. Semangat membara membatu. Diteriakkan dengan lantang ikrarnya di depan Arungpone dan Permaisuri. Dan Seluruh undangan yang hadir.
84.Setelah sejumlah Pakkanna Passiuno. Mengucapkan ikrar masing-masing. Berdirilah Permaisuri dengan tegarnya. Mendekati Baso Pagilingi lalu menepuk bahunya membakar semangatnya.
85.Berdoa kepada Allah dan Nabi-Nya. Semoga melindungi dari serangan musuh. Semoga Seluruh Laskar Kerajaan Bone. Diberi kekuatan dan kemampuan tempur menghadapi Belanda.
86.Setelah diberkahi kedua orang tuanya. Baso Pagilingi selaku Panglima Perang Kerajaan Bone. Begitu gagah melangkahi ke depan. Mengarah ke timur menuju medang juang.
87.Diikuti oleh Laskar Passiuno. Di hatinya hanya dua pilihan. Hidup atau mati demi Tana Ugi. Siri na Pesse mendorong langkahnya.
88.Rerumputan dan bebatuan sepanjang jalan. Seperti memberinya semangat untuk maju. Menantang keangkuhan serdadu Belanda. Yang kini berada di perairan Teluk Bone. Siap memuntahkan peluru meriamnya.
89.Di Bawah Komando Petta Ponggawae. Kelompok Laskar dibagi dalam tiga arah. Kelompok pertama menuju Ujung Pattiro. Kelompok kedua menuju Lona dan BajoE. Kelompok ketiga menuju Ujung Pallette.
90.Sepanjang jalan yang dilaluinya. Menuju medan perang yang dahsyat. Para Laskar dengan semangat menyala. Terus melengkingkan” Osong Pakkanna. “Ada Passokkang” lagu perjuangan.
91.Bagai lebah beterbangan di udara bebas. Membuatnya tak gentar, nyalinya tak ciut. Tombak dan kelewang diayun-ayunkan. Pedang dan keris pusaka dihunuskan. Meriam dan senapan ringan disiagakan.
92.Dari pantai Bajoe hingga Ujung Pallette. Dan di Ujung Pattiro bahagian selatan. Dipenuhi ribuan Laskar Kerajaan Bone. Mendengungkan Osong Pakkanna. Siap menghadapi pendaratan Belanda.
93.Di atas kapal H.M.Koningin Regentes. Panglima ekspedisi Belanda Van Loenen. Mengamati tempat yang layak untuk pendaratan. Lewat teropong pengintai dari atas kapal. Dari Ujung Pattiro ke Ujung Pallette.
94.Tanggal dua puluh satu bulan Juli Tahun Seribu Sembilan Ratus Lima. Kapal-kapal Belanda semakin mendekat. Suatu pertanda pendaratan akan dilakukan. Sekoci-sekocipun mulai diturunkan.
95.Pukul Enam Sore kurang sepuluh menit. Ketika matahari menukik ke peraduannya. Van Loenen dari kapal S.S.Van Riemsdijk. Mengeluarkan perintah pendaratan. Berarti perang terbuka mulai berkobar.
96.Dentuman meriam dan senapan ringan. Terdengar gemuruh memekakkan telinga. Dimuntahkan dari atas kapal ke arah pantai. Dibalas oleh Laskar Pemberani Kerajaan Bone. Dari pantai Bajoe, Lona, dan Tippulue.
97.Pertempuran sengit tak dapat dielakkan. Laskar Kerajaan Bone bertahan mati-matian. Mengadu kekuatan dan meregang nyawa. Sementara serangan Belanda semakin gencar. Mengarah ke Tippulue dan Kampung Lona.
98.Ponggawa Bone membakar semangat Laskarnya. Semboyan Siri Na Pesse diteriakkan lantang. Disambut sorak-sorai para Laskar Passiuno. Semua maju menyongsong kedatangan Belanda.
99.Arena pertempuran mencekam dan menakutkan. Kilat-kilat peluru berhamburan di udara leluhur Bugis. Bola-bola api beterbangan silang-menyilang. Pemandangan yang langka bagi Rakyat Bone. Pantai Bajoe bagai neraka mengerikan.
100.Jatuh tersungkur sejumlah Laskar Passiuno. Berguguran bagai kembang semerbakwangi. Cucuran darah merah terlihat di mana-mana. Menganak sungai di Bumi leluhur Bone. Pahlawan Tana Ugi mengukir sejarah.
101.Banyak Laskar tak sempat dibalut lukanya. Banyak juga tak sempat dikenal wajahnya. Tergeletak berlumuran darah di mana-mana. Tak ubahnya onggokan batang pisang. Di alur-alur sungai dan ditengah persawahan.
102.Udara pesisir Timur Tana Bone malam itu. Sungguh sangat mencekam memalukan. Muntahan peluru meriam adalah pandangan mengerikan. Bagai bintang berguguran dari langit yang biru.
103.Gugurlah pahlawan-pahlawan Tana Ugi ialah Daeng Matteppo’ Arung Bengo dari Bone Barat, Daeng Massere  Dulung Ajangale dari Bone Utara. Begitu pula Arung Sigeri Keluarga Arungpone. Dan sejumlah Pakkanna Passiuno lainnya.
104.Serangan serdadu Belanda semakin membabi buta. Laskar Kerajaan Bone mundur ke arah barat. Petta Ponggawae tetap bertahan di Cellu. Daeng Marola Arung Ponre terkena peluru namun nafas masih ada. Diantar oleh sejumlah laskar menuju Saoraja.
105.Di tengah berkecamuknya pertempuran. Petta Ponggawae mengirim pesan ke Saoraja. Agar Puatta Arungpone berpindah tempat. Dari saoraja ke Palakka yang lebih aman. Bersama Seluruh keluarga dan isi Saoraja.
106.Menerima pesan dari Petta Ponggawae. Arungpone minta pandangan permaisuri. Juga kepada Arung Ponre Daeng Marola. Yang tiba di Saoraja dalam keadaan luka. Bertahan di Saoraja atau berpindah ke Palakka.
107.Kepada Arungpone Lapawawoi Karaeng Sigeri. Arung Ponre dengan hormat melaporkan. Bahwa Laskar Bone tak dapat lagi membendung serangan Belanda. Persenjataan sangat tidak seimbang. Perlu pertimbangan untuk mundur selangkah untuk maju seribu kali.
108.Setelah bertukar pendapat dengan Permaisuri. Dan segenap keluarga Saoraja lainnya. Memperhitungkan baik dan buruknya. Prinsip berpindah tempat bukan berarti kalah. Namun sebagai langkah penyelamatan terhadap Arungpone.
109.Usungan disiapkan untuk Puatta Arungpone. Benda-benda Kerajaan dikemas oleh para Bissu pengawal Saoraja. Tombak dan bendera SamparajaE disiapkan. Tinggal menunggu perintah dari Arungpone.
110.Lapawawoi Karaeng Sigeri di atas usungan. Sejenak memandangi Puncak Saoraja. Bagai mengucapkan selamat tinggal istanaku. Bila Allah dan nabi-Nya memberiku kekuatan. Akan aku kembali bernaung di bawah atapmu.
 BERSAMBUNG

Petuah Bugis

1. LAONI MAI TO SIATTINGLIMA TOSITONRA OLA TESSIBELLEANG
   (Marilah kita bergandengan tangan berjalan seiring tanpa saling menghianati)
2. SIPAKATAU 
   (Saling memanusiakan , menghormati / menghargai harkat dan martabat kemanusiaan seseorang sebagai mahluk ciptaan  ALLAH tanpa membeda - bedakan, siapa saja orangnya harus patuh dan taat terhadap norma adat/hukum yang berlaku.)
3. SIPAKALEBBI 
    (Saling memuliakan posisi dan fungsi masing-masing dalam struktur kemasyarakatan dan pemerintahan, senantiasa berprilaku  yang baik sesuai dengan adat dan budaya yang berlaku dalam masyarakat)
4. SIPAKAINGE
    (Saling mengingatkan satu sama lain, menghargai nasehat, pendapat orang lain)
5.  Sipatokoong
    ( Saling membantu dan meninggikan harkat dan martabat)
 6. Tessipanoa
    ( Tidak saling menjatuhkan satu sama lain)

Kepatutan (Mappasitinaja)

Mappasitinaja berasal dari kata sitinaja yang berarti pantas, wajar atau patut. Mappasitinaja berarti berkata atau berbuat patut atau memperlakukan seseorang secara wajar. Definisi kewajaran diungkapkan oleh cendekiawan Luwu sebagaimana dikutip oleh Ambo Enre (1992)
sebagai berikut.

Ri pariajanngi ri ajannge, ri parialau'i alau'e, ri parimanianngi
maniannge, ri pariase'i ri ase'e, ri pariawai ri awae.

(Ditempatkan di Barat yang di Barat, ditempatkan di Timur yang di Timur, ditempatkan di Selatan yang di Selatan, ditempatkan di atas yang di atas, ditempatkan di bawah yang di bawah.)

Dari ungkapan itu, tergambar bahwa seseorang dikatakan bertindak patut atau wajar bila ia mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Seseorang yang bertindak wajar berarti ia mampu menempatkan dirinya sesuai dengan kedudukannya. Ia tidak menyerakahi hak-hak orang lain, melainkan memahami hak-haknya sendiri. Di samping itu, ia pula dapat memperlakukan orang lain pada tempatnya. Ia sadar bahwa orang lain mempunyai hak-hak yang patut dihormati.

Perbuatan wajar atau patut, dalam bahasa Bugis biasa juga disebut mappasikoa. Seorang yang berbuat wajar dalam arti mappasikoa berarti ia merasa cukup atas sesuatu yang dimilikinya. Ia bertindak sederhana. Dicontohkan oleh Rahim (1985), tentang sikap wajar Puang Rimaggalatung. Puang Rimaggalatung pernah berkali-kali menolak tawaran rakyat Wajo untuk diangkat menjadi Arung Matoa Wajo atas kematian Batara Wajo III yang bernama La Pateddungi Tosamallangi. Bukannya beliau tidak mampu memangku jabatan yang ditawarkan kepadanya, tetapi ia sadar bahwa jabatan itu sungguh sulit untuk diembannya. Namun, karena Adat (para wakil rakyat) dan rakyat Wajo sendiri merasa bahwa beliau pantas memimpin mereka, akhirnya tawaran itu diterima.

Aja' muangoai onrong, aja' to muacinnai tanre tudangeng, de'tu mullei padecengi tana. Risappa'po muompo, ri jello'po muompo, ri jello'po muakkengau.

(Jangan serakahi kedudukan, jangan pula terlalu menginginkan kedudukan tinggi, jangan sampai kamu tidak mampu memperbaiki negeri. Bila dicari barulah kamu muncul, bila ditunjuk barulah kamu mengia.)

Ungkapan lain yang menganjurkan manusia berbuat wajar adalah sebagai berikut.

Duampuangenngi ritu gau sisappa nasilolongeng, gau madecennge enrennge sitinajae. Iapa ritu namadeceng narekko silolongenngi duampuangennge. Naia lolongenna ritu:

a. narekko ripabbiasai aleta mangkau madeceng, mauni engkamuna maperri ri pogaumuiritu.
b. Pakatunai alemu ri sitinajae
c. Saroko mase ri sitinajqe
d. Moloi roppo-roppo narewe
e. Moloi laleng namatike nasanresenngi ri Dewata Seuwaee
f. Akkareso patuju.

(Dua hal saling mencari lalu bersua, yakni perbuatan baik dan yang pantas. Barulah baik bila keduanya berpadu. Cara memadukannya ialah:
a. Membiasakan diri berbuat baik meskipun sulit dilakukan.
b. Rendahkanlah dirimu sepantasnya.
c. Ambillah hati orang sepantasnya
d. Menghadapi semak-semak ia surut langkah
e. Melalui jalan ia berhati-hati dan menyandarkan diri kepada Tuhan
f. Berusahalah dengan benar.)

Sebaliknya, lawan dari kata patut adalah berlebih-lebihan dan serakah. Watak serakah diawali keinginan untuk menang sendiri. Keinginan untuk menang sendiri dapat menghasilkan pertentangan-pertentangan dan menutup kemungkinan untuk mendapatkan restu dari pihak lain. Manusia yang berbuat serakah, justru akan menghancurkan dirinya sendiri karena orang lain akan menjauhinya. Dan apabila hati manusia dipenuhi sifat serakah, maka tiada lagi kebaikan yang bisa diharapkan dari manusia itu. Dalam Lontarak disebutkan:

Cecceng ponna cangnga tenngana sapu ripale cappa'na
(Serakah awalnya, menang sendiri pertengahannya, kehilangan sama sekali akhirnya.)

Jadi, Lontarak amat menekankan pentingnya manusia berbuat secara wajar, seperti dapat disimak dalam ungkapan:

Aja' mugaukenngi padammu tau ri gau' tessitinajae
(Jangan engkau melakukan sesuatu yang tidak patut terhadap sesamamu manusia)

Selanjutnya, Lontarak memperingatkan bahwa sifat serakah atau tamak, sewenang-wenang, curang, perbuatan tega atau tidak menaruh belas kasihan kepada orang lain dapat menghancurkan nilai kepatutan dan dapat menimbulkan kerusakan dalam negara. Pertama, keserahan atau ketamakan, menghilangkan rasa malu sehingga mengambil hak-hak orang lain bukan lagi hal yang tabu. Karena, orang yang bersifat serakah atau tamak tidak pernah merasa cukup sehingga apa yang dimiliki selalu dianggap kurang. Kedua, kekerasan akan menyebabkan melenyapkan kasih sayang di dalam negeri. Artinya, rakyat kecil harus mendapat perlindungan demi tegaknya suatu negara, tetapi kalau pihak yang berkuasa berbuat sewenang-wenang (hanya unjuk kekuatan) berarti kasih sayangnya kepada masyarakat akan hilang yang sekaligus memperlemah kedaulatan rakyat. Ketiga, kecurangan akan memutuskan hubungan keluarga. Artinya, orang yang curang tidak pernah merasa puas atas hak-haknya sendiri. Ia selalu berpikir untuk memiliki hak-hak orang lain. Orang seperti itu, akan menemukan kesulitan dalam hidupnya karena tidak ada orang yang akan mempercayainya. Keempat, perbuatan tega terhadap sesama manusia, melenyapkan kebenaran di dalam negeri. Artinya, para pejabat negeri dituntut untuk berbuat adil kepada rakyatnya. Berbuat tidak adil berarti kebenaran dilecehkan dan bila kebenaran dilecehkan berarti kehancuran bagi negeri. Karena itu, agar negara selamat dan berhasil, para pemimpin haruslah berbekal kejujuran disertai dengan kepatutan.

Kesetiakawanan (assimellereng)

Konsep assimellereng mengandung makna kesehatian, kerukunan, kesatupaduan antara satu anggota keluarga dengan anggota keluarga lain, antara seorang sahabat dengan sahabat yang lain. Memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi, setia kawan, cepat merasakan penderitaan orang lain, tidak tega membiarkan saudaranya berada dalam keadaan menderita, dan cepat mengambil tindakan penyelamatan atas musibah yang menimpa seseorang, dikenal dengan konsep "sipa'depu-repu" (saling memelihara). Sebaliknya, orang yang tidak mempedulikan kesulitan sanak keluarganya, tetangganya, atau orang lain sekali pun disebut bette' perru.
Dalam kehidupan sehari-hari, manifestasi kesehatian dan kerukunan itu disebutkan dalam sebuah ungkapan Bugis:

"tejjali tettappere , banna mase-mase".

Ungkapan tersebut biasanya diucapkan ketika seorang tuan rumah kedatangan tamu. Maksudnya adalah "kami tidak mempunyai apa-apa untuk kami suguhkan kepada tuan. Kami tidak mempunyai permadani atau sofa yang empuk untuk tuan duduki. Yang kami miliki adalah kasih sayang.

Lontarak sangat menganjurkan manusia memiliki perasaan kemanusiaan yang tinggi, rela berkorban menghormati hak-hak kemanusiaan seseorang, demi kesetiakawanan atau solidaritas antara sesama manusia, berusaha membantu orang, suka menolong orang menderita, berkorban demi meringankan penderitaan dan kepedihan orang lain dan berusaha pula untuk membagi kepedihan itu ke dalam dirinya. Dalam Lontarak disebutkan:

Iya padecengi assiajingeng:
- Sianrasa-rasannge nasiammase-maseie;
- sipakario-rio;
- Tessicirinnaiannge ri sitinajae;
- Sipakainge' ri gau' patujue;
- Siaddappengeng pulanae.

(Yang memperbaiki hubungan kekeluargaan yaitu:
- Sependeritaan dan kasih-mengasihi;
- Gembira menggembirakan;
- Rela merelakan harta benda dalam batas-batas yang wajar;
- Ingat memperingati dalam hal-hal yang benar;
- Selalu memaafkan.)

Dorongan perasaan solidaritas untuk membela, menegakkan, memperjuangkan harkat kemanusiaan orang lain atau perasaan senasib sepenanggungan di antara keluarga, kerabat, dan masyarakat dilukiskan dalam ungkapan-ungkapan Lontarak sebagai berikut :

Eppai rupanna padecengi asseajingeng:
- Sialurusennge' siamaseng masseajing.
- Siadampengeng pulanae masseajing.
- Tessicirinnaiannge warangparang masseajing, ri sesena gau' sitinajae.
- Sipakainge' pulannae masseajing ri sesena gau' patujue sibawa winru' madeceng.

( Empat hal yang mengeratkan hubungan kekeluargaan:
- Senantiasa kasih mengasihi sekeluarga.
- Maaf memaafkan sekeluarga.
- Rela merelakan sebagian harta benda sekeluarga dalam batas-batas yang layak.
- Ingat memperingati sekeluarga demi kebenaran dan tujuan yang baik.)

Motivasi (Reso Temmangingngi)

Dalam hal motivasi berprestasi, terungkap dalam ungkapan Bugis dengan istilah reso (usaha keras). Untuk mencapai prestasi reso merupakan syarat utama. Hal ini menunjukkan bahwa dalam perjuangan untuk mencapai suatu keberhasilan, seseorang haruslah pantang menyerah; ia harus tampil sebagai pemenang. Ungkapan Lontarak berikut mengisyaratkan betapa pentingnya melakukan gerak cepat agar orang lain tidak mendahului kita dalam bertindak:

Aja' mumaelo' ribetta makkalla ri cappa alletennge
(Janganlah mau didahului menginjakkan kaki di ujung titian.)

Ungkapan di atas memberi pelajaran bahwa dalam hidup ini terdapat persaingan yang cukup ketat dan untuk memenangkan persaingan itu, semua kemampuan yang ada harus dimanfaatkan. Titian yang hanya dapat dilalui oleh seorang saja dan siapa yang terdahulu menginjakkan kaki pada titian itu, berarti dialah yang berhak meniti terlebih dahulu. Ini berarti bahwa bertindak cepat dengan penuh keberanian, walaupun mengandung risiko besar merupakan syarat mutlak untuk menjadi pemenang. Namun demikian, tidak ada keberuntungan besar tanpa perbuatan besar dan tidak ada perbuatan besar tanpa risiko yang
besar. Dalam sebuah ungkapan Lontarak ditekankan:

Resopa natinulu, natemmanginngi malomo naletei pammase Dewata Seuwaee.
(Hanya dengan kerja keras dan ketekunan, sering menjadi titian rahmat Ilahi.)

Ungkapan itu memberi pelajaran bahwa untuk memperoleh keberhasilan, seseorang tidak hanya berdo'a, tetapi harus bekerja keras dan tekun.

Ambo Enre (1992) mengutip sebuah ungkapan pesan Bugis bagi perantau-perantau sebelum meninggalkan kampung halaman sebagai berikut.

Akkellu peppeko mulao,
a'bulu rompeko murewe'.

(Bergundul licinlah engkau pergi, berbulu suaklah engkau kembali).

Pesan itu diperuntukkan kepada para perantau agar terdorong bekerja keras di negeri rantauannya. Serta mempunyai tekad yang kuat untuk tidak kembali ke kampung halamannya sebelum berhasil. Dalam kaitannya dengan usaha, waktu atau kesempatan merupakan salah satu faktor penentu dalam meraih kemenangan (Tang, 2007). Hal ini ditegaskan dalam ungkapan Bugis disebutkan:

Onroko mammatu-matu napole marakkae naia makkalu
(Tinggallah engkau bermalas-malas hingga kelak datang yang gesit lalu menguasai)

Selain pentingnya menghargai waktu/kesempatan, pentingnya seseorang menghindari perbuatan memetik keuntungan dari hasil jerih payah orang lain, tergambar dalam ungkapan berikut.

Temmasiri kajompie, tania ttaro rampingeng, naia makkalu.
(Tak malu nian si Buncis, bukan ia menyimpan penyanggah, ia yang memanjat)

Ungkapan itu menganjurkan bahwa untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik, seseorang dituntut bekerja keras, tidak menyandarkan harapannya kepada orang lain.

Penegakan Hukum (Patettong Bicara)

Bagi manusia Bugis, menegakkan hukum terhadap suatu pelanggaran merupakan kewajiban. Dalam konsep Siri' (malu, harga diri) terungkap bahwa manusia Bugis yang berbuat semaunya dan tidak lagi mempedulikan aturan-aturan adat (etika panngadereng atau peradaban) dianggap sebagai manusia yang tidak mempunyai harga diri. Siri' atau harga diri merupakan landasan bagi "pemimpin" untuk senantiasa menegakkan hukum tanpa pilih kasih. Pemimpin yang tidak mampu menegakkan hukum dianggap pemimpin lembek atau banci. Seseorang yang tidak mempunyai Siri' diumpamakan sebagai bangkai yang berjalan. Dalam ungkapan Bugis disebutkan: Siri' emmi to riaseng tau (Hanya karena Siri'-lah kita dinamakan manusia). Itulah sebabnya mengapa para orang tua Bugis menjadikan Siri' sebagai hal yang amat penting dalam nasihat-nasihat, sebagaimana dituturkan oleh Muhammad Said sebagai berikut.

Taro-taroi alemu siri'
Narekko de' siri'mu inrekko siri'

(Perlengkapilah dirimu dengan siri', Kalau tidak ada siri'-mu, pinjamlah siri'.)

Dalam dunia realitas, sering dijumpai seorang manusia Bugis mengorbankan sanak keluarga yang paling dicintainya demi mempertahankan harga diri dan martabatnya di tengah masyarakat. Dalam sejarah disebutkan bahwa di Sidenreng Rappang pada abad XVI, La Pagala Nene Mallomo, seorang hakim (pabbicara), dan murid dari La Taddampare, menjatuhkan pidana mati terhadap putranya sendiri yang amat dicintainya karena telah terbukti mengambil luku orang lain tanpa seizin dengan pemiliknya. Tentu saja kejadian itu telah mencoreng muka ayahnya sendiri yang dikenal sebagai hakim yang jujur. Ketika ditanya mengapa ia memidana mati putranya sendiri dan apakah dia menilai sepotong kayu sama dengan jiwa seorang manusia, beliau menjawab:

"Ade'e temmakeana' temmakke eppo"

"Hukum tidak mengenal anak dan tidak mengenal cucu."

Pidana mati itu dilakukan semata-mata untuk mempertahankan harga dirinya sebagai hakim yang jujur di tengah-tengah masyarakatnya. Sekiranya ia memberikan pengampunan kepada putranya sendiri, tentulah ia akan menanggung malu yang sangat dalam karena akan dicibir oleh masyarakat sekitarnya, dan wibawanya sebagai hakim yang jujur akan hilang seketika. Bagi masyarakat Bugis, falsafah "taro ada taro gau" (satunya kata dengan perbuatan) adalah suatu keharusan. Manusia yang tidak bisa menyerasikan antara perkataan dan perbuatannya akan mendapat gelar sebagai manusia "munafik" (munape), suatu gelar yang sangat dihindari oleh
manusia Bugis.

Adat yang telah merupakan jiwa dan semangat manusia Bugis berlaku umum dalam kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Adat atau panngadereng tidak mengenal kedudukan, kelas sosial, derajat kepangkatan, status sosial ekonomi, dan lain-lain, dalam menjatuhkan sanksi atau hukuman adat terhadap manusia-manusia yang telah melakukan pelanggaran. Dari mana pun asal manusia itu, apakah dia seorang raja, putra mahkota, orang kaya, bangsawan, sama sekali tidak mempunyai hak istimewa dalam kehidupan panngadereng masyarakat Bugis. Kedudukan kelompok elite dan masyarakat biasa diperlakukan sama dalam kehidupan masyarakat. Faktor inilah yang telah menempatkan adat pada tempat yang teratas dalam diri manusia Bugis: "Ade'temmakiana', temmakieppo" (adat tidak mengenal anak dan tidak mengenal cucu).

Data tentang bagaimana adat diperlakukan kepada semua kelompok masyarakat, berikut beberapa data historis yang dicatat oleh Abidin sebagai berikut.

1. Pada waktu Lamanussa Toakkarangeng menjadi Datu Soppeng, orang-orang Soppeng pernah hampir kelaparan karena kemarau panjang. Beliau menyelidiki sebab-sebab bencana kelaparan itu, tetapi tak ada seorang pejabat kerajaan pun yang melakukan perbuatan sewenang- wenang. Setelah beliau merenung, beliau mengingat bahwa beliau pernah memungut suatu barang di sawah seorang penduduk dan disimpannya di rumahnya sendiri. Perbuatan beliau inilah yang menurutnya menyebabkan mala petaka itu, pikir beliau. Beliau mengambil keputusan untuk menjatuhkan hukuman kepada dirinya sendiri karena tidak ada orang pun yang berani menjatuhkan hukuman kepada diri sang Datu. Hukuman yang dijatuhkan kepada dirinya sendiri adalah berupa denda, yaitu beliau memotong kerbau dan dagingnya dibagikan kepada rakyat. Di hadapan rakyatnya, beliau menyatakan diri bersalah karena telah memungut suatu barang dari sawah seseorang dan menyimpannya sendiri. Beliau mengumumkan barang tersebut di tengah pesta tudang sipulung (duduk bersama), tetapi tak seorang pun yang mengaku telah kehilangan
sesuatu.

2. Ketika La Pabbelle' putra Arung Matoa Wajo yang X La Pakoko Topabbele' memperkosa wanita di kampung Totinco, ia dijatuhi hukuman mati oleh ayahnya sendiri.

3. Raja Bone yang bernama La Ica' dibunuh oleh orang-orang Bone karena kekejamannya.

4. Raja Bone yang bernama La Ulio "Bote'" (Sigendut) meninggal diamuk di kampung Utterung, karena dianggap berbuat sewenang-wenang kepada rakyat.

5. Ketika Toangkone Ranreng Bettempola pada abad XV dibuktikan menculik wanita yang bernama We Neba untuk diserahkan kepada temannya Opu Rajeng dari Luwu, maka ia dijatuhi pidana dipecat dengan tidak hormat lalu diusir untuk seumur hidup.

6. La Temmasonge putra raja Bone La Patau Matanna Tikka pada tahun 1710 dipidana "ripaoppangi tana" (diusir keluar Bone dan dibuang ke Buton) karena membunuh Arung Tiboyong, seorang anggota dewan pemangku adat Bone. Raja Luwu menyingkirkan putrinya (yang terserang penyakit kulit yang menular) dari istina karena atas permintaan rakyat.

Monday, August 16

Pappaseng

 1.      Sadda mappabbati ada artinya bunyi mewujudkan kata

 2. Ada mappabbati gau artinya kata mewujudkan perbuatan

 3. Gau mappabbati tau artinya perbuatan mewujudkan manusia

1. AJA’  MUANGOAI ONRONG,  AJA’TO MUACINNAI TANRE TUDANGENG,  NASABA DETUMULLEI PADECENGI TANA,  RISAPPAPO MUOMPO,  RIJELLO’PO MUAKKENGAU
Artinya :
Janganlah menyerakahi kedudukan, jangan pula terlalu mengingini jabatan tinggi, karena engkau tak sanggup memperbaiki Negara.  Kalau dicari baru akan muncul.  Kalu ditunjuk baru engkau mengaku.
Penjelasan :
Pada hakikatnya, semua orang mencita-citakan kedudukan atau jabatan tinggi, tetapi takdir dan kesempatan membawanya kea rah lain. Akan tetapi manakala keserakahan menjadi tumpuan untuk menggapai cita-cita, maka dalam perjalanan menuju cita-cita unsure moral akan dikesampingkan, bahkan fatal bila ditunjang oleh kekuasaan.  Sebaliknya seorang yang beritikad baik pada umumnya mempunyai harga diri sehingga malu akan mengemis jabatan dan bila diberikan amanah dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab.

2. TELLU  RIALA  SAPPO :  TAUWE RI DEWATAE, SIRI  RI WATAKKALETA, NENNIYA SIRI RI PADATTA RUPA TAU
Artinya :
Hanya tiga yang dijadikan pagar : rasa takut kepada Tuhan,  rasa malu  pada diri sendiri, dan rasa malu kepada sesame manusia.
Penjelasan :
Rasa takut kepada Tuhan membawa ketaqwaan dan memperkuat iman.  Rasa malu kepada diri sendiri akan menekan niat buruk dan memperhalus akal budi, dan rasa malu kepada sesama manusia dapat membendung tingkah laku buruk dan meninggikan budi pekerti

3. PALA  URAGAE,  TEBBAKKE  TONGENGNGE,  TECCAU  MAEGAE,  TESSIEWA  SITULA’E
Artinya :
Tipu daya mungkin berhasil untuk sementara, tetapi kebenaran tak termusnahkan,  kebenaran tetap akan hidup dan bersinar terus di dalam kalbu manusia.

Penjelasan :
Karena sumber kebenaran datangnya dari Tuhan.  Yang sedikit  mungkin mengalahkan yang banyak untuk sementara karena kekuatan. Akan tetapi yang banyak tidak dapat diabaikan atau dimusnahkan. Yang banyak saja sudah satu kekuatan apalagi yang banyak membina kekuatan.
Adalah tidak mungkin matahari tenggelam di siang hari, seperti tidak mungkinnya memusnahkan kebenaran .

Balada Arung Palakka

Satu bayi suci memberontak
Melepaskan diri dari dekapan
Rahim suci bunda
Bersamaan guntur menggelegar
Merobek sunyi di keheningan langit
Bayi sucimenalap dunia
Menerima kejadian – kejadian datang
Mendengar desing – desing huru
Arung palakka ... Arung Palakka... Arung Palakka
Laki – laki batu berdarah semberani
Jiwamu memberontak
Pikiranmu mau memberontak
Merontak...merontak... merontak
Panglima melampe'e gemme'na
Berhati rajawali
Pemberontakanmu , perlawananmu
Membawa kemuliaan batin
Bagi umat Tana Bone
Bimbinganmu keperdamaian
Arung Palakka...Arung Palakka...Arung Palakka
Laki laki malampe’e gemme’ na
Berdarah bangsawan
Penberontakanmu , pahlawanmu
Menjadi merah
Merah...merah...merah kotor
Bagi sejarah bangsa lain
Namun tuhanmu di arasi
Lebih mengetahui hakikat
Jiwa dan perasaanmu
Juga baktimu ....

By G I T A

Sunday, August 15

“Arti Cinta”

Disaat cinta datang.. hati ini kan merasa gelisah..
banyak mimpi yang tercipta..
angan pun melayang.. hayalkan sebuah kisah..
kisah-kisah yang terindah..
dan bila cinta tlah bertepi,, di pelabuhan dambaan hati..
tiada lgi rasa gelisah
kini yang ada hanya masa-masa indah
tiada lagi angan dan hayalan,, karna mimpi tlah jadi nyata..
hari-hari terasa indah,, mentari selalu bersinar cerah..
awan mendung se’akan sirna
tiada lagi malam sepi,, karna bintang hiasi hati
karna bulan temani indahnya malam
tiada lagi tangis sedih,, karna cinta tlah terbalas
merubah segalanya jadi lebih indah..

manfaat pengalaman

Kebenaran yang agung ada pada kita
Panas dan dingin, duka cita dan penderitaan,
Ketakutan dan kelemahan dari kekayaan dan raga
Bersama, supaya kepingan kita yang paling dalam
Menjadi nyata.

~ Jalaluddin Rumi

Nasihat Jiwaku ~ Khalil Gibran

Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar mencintai semua orang yang membenciku,
Dan berteman dengan mereka yang memfitnahku. Jiwaku menasihatiku dan mengungkapkan kepadaku bahawa cinta tidak hanya menghargai orang yang mencintai, tetapi juga orang yang dicintai.
Sejak saat itu bagiku cinta ibarat jaring lelabah di antara dua bunga, dekat satu sama lain; Tapi kini dia menjadi suatu lingkaran cahaya di sekeliling matahari yang tiada berawal pun tiada berakhir, Melingkari semua yang ada, dan bertambah secara kekal.
Jiwaku menasihatiku dan mengajarku agar melihat kecantikan yang ada di sebalik bentuk dan warna.
Jiwaku memintaku untuk menatap semua yang buruk dengan tabah sampai nampaklah keelokannya.
Sesungguhnya sebelum jiwaku meminta dan menasihatiku, Aku melihat keindahan seperti titik api yang tergulung asap; tapi sekarang asap itu telah tersebar dan menghilang, dan aku hanya melihat api yang membakar.
Jiwaku menasihatiku dan memintaku untuk mendengar suara yang keluar bukan dari lidah maupun dari tenggorokan. Sebelumnya aku hanya mendengar teriakan dan jeritan di telingaku yang bodoh dan sia-sia.
Tapi sekarang aku belajar mendengar keheningan, Yang bergema dan melantunkan lagu dari zaman ke zaman. Menyanyikan nada langit, dan menyingkap tabir rahsia keabadiaan..
Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar memuaskan kehausanku dengan meminum anggur yang tak dituangkan ke dalam cangkir-cangkir, Yang belum terangkat oleh tangan, dan tak tersentuh oleh bibir Hingga hari itu kehausanku seperti nyala redup yang terkubur dalam abu. Tertiup angin dingin dari musim-musim bunga; Tapi sekarang kerinduan menjadi cangkirku, Cinta menjadi anggurku, dan kesendirian adalah kebahagianku.
Jiwaku menasihatiku dan memintaku mencari yang tak dapat dilihat; Dan jiwaku menyingkapkan kepadaku bahwa apa yang kita sentuh adalah apa yang kita impikan.
Jiwaku mengatakan padaku dan mengundangku untuk menghirup harum tumbuhan yang tak memiliki akar, tangkai maupun bunga, dan yang tak pernah dapat dilihat mata.
Sebelum jiwaku menasihati, aku mencari bau harum dalam kebun-kebun, Dalam botol minyak wangi tumbuhan-tumbuhan dan bejana dupa; Tapi sekarang aku menyedari hanya pada dupa yang tak dibakar, Aku mencium udara lebih harum dari semua kebun-kebun di dunia ini dan semua angin di angkasa raya.
Jiwaku menasihatiku dan memintaku agar tidak merasa mulia kerana pujian. Dan agar tidak disusahkan oleh ketakutan kerana cacian. Sampai hari ini aku berasa ragu akan nilai pekerjaanku; Tapi sekarang aku belajar; Bahawa pohon berbunga di musim bunga, dan berbuah di musim panas Dan menggugurkan daun-daunnya di musim gugur untuk menjadi benar-benar telanjang di musim dingin. Tanpa merasa mulia dan tanpa ketakutan atau tanpa rasa malu.
Jiwaku menasihatiku dan meyakinkanku Bahawa aku tak lebih tinggi berbanding cebol ataupun tak lebih rendah berbanding raksasa. Sebelumnya aku melihat manusia ada dua, Seorang yang lemah yang aku caci atau kukasihani, Dan seorang yang kuat yang kuikuti, maupun yang kulawan dalam pemberontakan. Tapi sekarang aku tahu bahwa aku bahkan dibentuk oleh tanah yang sama darimana semua manusia diciptakan. Bahwa unsur-unsurku adalah unsur-unsur mereka, dan pengembaraan mereka adalah juga milikku.
Bila mereka melanggar aku juga pelanggar, Dan bila mereka berbuat baik, maka aku juga bersama perbuatan baik mereka. Bila mereka bangkit, aku juga bangkit bersama mereka; Bila mereka tinggal di belakang, aku juga menemani mereka.
Jiwaku menasihatiku dan memerintahku untuk melihat bahawa cahaya yang kubawa bukanlah cahayaku,
Bahawa laguku tidak diciptakan dalam diriku; Kerana meski aku berjalan dengan cahaya, aku bukanlah cahaya, Dan meskipun aku bermain kecapi yang diikat kemas oleh dawai-dawaiku, Aku bukanlah pemain kecapi.
Jiwaku menasihatiku dan mengingatkanku untuk mengukur waktu dengan perkataan ini: “Di sana ada hari semalam dan di sana ada hari esok.” Pada saat itu aku menganggap masa lampau sebuah zaman yang lenyap dan akan dilupakan, Dan masa depan kuanggap suatu masa yang tak bisa kucapai;
Tapi kini aku terdidik perkara ini : Bahawa dalam keseluruhan waktu masa kini yang singkat, serta semua yang ada dalam waktu, Harus diraih sampai dapat.
Jiwaku menasihatiku, saudaraku, dan menerangiku. Dan seringkali jiwamu menasihati dan menerangimu. Kerana engkau seperti diriku, dan tak ada beza di antara kita. Kusimpan apa yang kukatakan dalam diriku ini dalam kata-kata yang kudengar dalam heningku, Dan engkau jagalah apa yang ada di dalam dirimu, dan engkau adalah penjaga yang sama baiknya seperti yang kukatakan ini.
~ Khalil Gibran

derai derai cemara- chairil anwar

cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
(1949)

sajak tentang kebisuan

jika beragam kata mulai memenuhi pikiran dan juga menjenuhkan ,
maka biarkanlah kebisuan menghubungkan duniamu dengan akhiratmu
jika beragam kata mulai memenuhi pikiran dan bersatu menjadi tali yang utuh,
maka biarkanlah ketulusan dan kepolosan menjadi penghubung antara hati dengan hati
jika sebagian dari pribadimu bertentangan dengan teori dan juga tindakan,
maka biarkanlah kesunyian mengajarimu dan tutup saja sajak ini
dan jika kau telah menemukan arti dari apa yang ada diotakmu,
keluarlah dan ceritakan dongeng tentang kebisuan ini….

bekasi
agus sulaeman
Melakar langit sejarah
Membina awan impi
Bila aku menjejak
Ia menjadi pasti


Letakkan dunia di telapak kakiku biar kupijak
Tanamkan akhirat pada jiwaku biar kurindu
Sisipkan cinta dalam hatiku biar aku menjadi aku
Langit tunggu ku tawan
Bumi tunggu kulakukan perubahan


Kalamku adalah pedang
Gerakku adalah tsunami
Tulisanku adalah arang yang menyemarakkan api
Seluruhku adalah penggegar bumi Ilahi


~Hilal Asyraf~
hanya seorang hamba

Selimutkan Jiwa Ini Dengan Asmaramu

Serahkan Cintaku Padamu
Hanya Itu Yang Kutahu
Biar Seribu Tahun Kau Jauh Di Mata
Relaku Menanti Dengan Setia
Engkau Pertama Dan Engkau Terakhir Ku Cintai..

Selimutkan Jiwa Ini Dengan Asmaramu
Mestikah Balasan Kesetiaanku
Usah Lupa Mengirim Khabar Gembira
Tandaku Masih Lagi Engkau Rindui
Sebagai Rasa Dan Pengikat Cinta Sebenar-Benarnya..

Waktu Perbalahan Menjelang
Berbagai Kenangan Menjelma
Mengusik-Ngusikku
Teguhkah Cintamu...

Akukah Seorang Kesepian
Menahan Bisa Berjauhan
Hingga Saat Ini Dengan Janji Manismu
Dan Tenggelam Dalam Pelukan Hangat Kerinduan
Namun Ditemani Kamar Yang Gelita
Luruhnya Hatiku Kau Mudah Berpaling
Meninggalkan Diriku..

Sekira Kau Tahu Dan Engkau Pun tahu
Betapa Hebatnya Menanti Tintamu
Yang Dapat Lenakan Siang Dan Malamku
Jiwaku Kan Terisi Ketenangan....
aku masih terlampau lugu..
untuk mencerna tulisanmu
ajar aku mengerti..
tuk mendapatkan makna di hati..
atau karna cintaku yang dangkal..
terlalu dangkal untuk selami palung samudera cinta?
cintaku kini dalam kesendirian
dalam ruang kesepian yang belum terisi
aku cuba kepakkan sayap rindu yang patah
dalam nyanyian malam sepi menyayat hati

Terasing dalam Sepi - Slam

Oh... kekasih apakah erti
Seandainya cinta tiada punca dan arah
Oh... kekasih dalam termanggu
Aku yang terasing menanti pasti
Tak mampu lagi ku mengutip sisa
Di halaman orang
Sedangkan kau hanya tersenyum
Dalam tangis ku... oohh
Dimanakah keikhlasan mu
Saat ku sengsara engkau hanya ketawa
Setidaknya bimbinglah daku
Membina teduhan yang seindah mu
Puas ku memikirkan apa dosa ku
Sering disisih...
Seolah ku tak berharga lagi
Untuk berkasih... ohhh

Makin ku diam
Makin lantang kau sebarkan
Hinanya diriku di sisi mu
Tidakkah engkau menyesal
Kecurangan mu itu menguris hati ku
Setelah kau memiliki mahligai mu
Air mata ku tak bererti lagi
Kasih kau mengertilah
Aku jua inginkan ketenangan
Di serata jiwa ku

Oh... kekasih dalam termanggu
Aku yang terasing menanti pasti... ohh

Friday, August 13

aku tak mungkin mampu menggapai cinta, karna aku hanya debu yang menempel didinding yang kokoh. aku tak dapat mendaki rindu, karna jiwaku hanya di isi oleh mimpi - mimpi. cukup bagiku memuja sepi karna sunyi selalu mengasihiku.............

Sunday, August 8

Sebuah HARAP, Ada RINDU................
Jiwaku dipengasingan,
sepi dan  terlalu sunyi untuk sebuah Angan.


 

Thursday, August 5

Disini,
Dikuil rasa sepiku, kembali merajut angan diantara harap dan asa 
ada rindu yang kian membara
ada damba yang semakin membuncah 
jiwaku menggigil
nafasku memburu
apakah engkau ada dibalik mimpiku ..........