Saturday, May 14

tertatih kata , tertatih rindu

bahkan mulut lagi-lagi terbungkam
sepi mencekam
air tak lagi beriak
dan angin berbisik pun tidak

kata bertautan dalam satu rasa
rindu menyelimuti
berbagai mulut yang kedinginan
menggigil sendu dibuai semilir asa

hanya angin menerbangkan kata
dan airlah
yang mengalirkan rindu
dan mulut tak lagi tertatih dalam bungkam

Tuesday, May 10

Ah.. Wajah Jiwa ini telah lama usang termakan masa lalu yang amat melelahkan 
Lembut terasa dia tanam keraguan dalam hati ini yang memang sudah tak lapang 
Membentuk ribuan gelisah yang entah kapan ia akan datang dan kembali pulang 
Memeluk diri dalam sayunya wajah sendu yang tengah menanti giliran meradang 

Rengut Cengkraman Dedaun merindu merasuki jemari sumsum tulang belulang 
Merobek lembaran dada lemah dari sosok tubuh kurus melayang diterpa angin 
Satu demi satu dedaun merindu bergugur melarut dalam hempasan waktu berlalu 
Jatuh melayang dalam pelukan takdir bersemayam di pelataran tempat hidupnya 

Ia meragu pada angin yang tak lagi dapat dipercaya.. Apakah ia hendak berdusta.. 
Ia pun meragu pada debu yang hanya tersenyum manja.. Bukankah ia sama saja.. 
Ia meragu pada ranting kering teman setia tempat ia mengadukan penderitaannya 
Bahkan Ia meragu akan keberadaan dirinya setelah semua tak lagi dapat dipercaya 

Oh.. Rindu Jiwa ini telah lama usang termakan masa lalu yang amat melenakan 
Lembut terasa dia tuai penderitaan dalam dada ini yang memang sudah meradang 
Menghapus ribuan gelisah yang entah kapan ia akan pulang dan kembali datang 
Mehempas diri dalam keterpurukan yang tengah menyambut sebuah keterasingan 

Dedaun pun menangis dalam kebingungan.. entahlah bahagia entah pula berduka 
Melepas kepergian sebentuk penderitaan hidupnya yang senantiasa ia banggakan 
Menyambut wajah-wajah polos kehidupan yang tersenyum lugu, sayu dan kaku 
Kala rindu terlepas berlalu dan hatinya mati bersama derita yang telah dia lewati..