Saturday, October 15

Barangsiapa mahu menjadi guru,
biarkan dia memulai mengajar dirinya sendiri
sebelum mengajar orang lain,
dan biarkan dia mengajar dengan teladan sebelum mengajar dengan kata-kata.
Sebab mereka yang mengajar dirinya sendiri dengan memperbetulkan perbuatan-perbuatannya sendiri
lebih berhak atas penghormatan dan kemuliaan
daripada mereka yang hanya mengajar orang lain
dan memperbetulkan perbuatan-perbuatan orang lain.

:+: Khalil Gibran :+:

SURAT UNTUK KEKASIH

Jadi inikah sepasang sayap yang kau kirimkan kepadaku
sebaris rasa sepi yang tajam memahat dinding dadaku
melukis harapan yang seperti salju mulai dibelai matahari
apakah tangisku akan sampai kepadamu?
Akan kubasuh setiap huruf yang tercecer memenuhi lantai malam
ketika kita menari dan tak ada sentuhan yang bisa lebih dalam
dari selendang ungu penuh puji-pujian yang kau kalungkan
bisakah hatiku terbebas dari tali itu?
Kalau begitu biarlah lilin kecil ini terus menunggu dan bersenandung
agar kau tahu betapa dalam lautan wajahmu di bumiku
niscaya kerinduan adalah terbangnya sejuta burung pipit
akankah lelahmu tersandar di pundakku?

Sepi Meruntuhkan Airmata… by lembayung on May 13, 2011

heningnya kalbu begitu kelam
memikat gundahnya hati
tarian pilu menyerang dengan
girangnya
tangan ini berusaha
menggapai…
namun semua berpaling dan
meninggalkan…
rintihan bathin kian mengiris
tapi tak ada yang peduli…
Sepi….
Sakit….
rasa itu membuncah
menghancurkan
menenggelamkan asa yang kian
terpuruk
kelumpuhan pada seluruh
bagian otak mulai menumpul
pekikan girang sang kegelapan
menyengat tajam
“Selamat datang dikehidupanku
wahai luka dan nestapa”
naluri terkikis perih asa
perlahan_lahan memudar
isak tangis runtuh berguguran
“Selamat tinggal cinta,,
menepilah bersama gugurnya
airmata”

Gundah Mengusikku Oleh: Esther Waktu yang berlari

Membuatku resah berhadapan
Jejak langkahku makin tak nampak
Aku hanya diam
Makin bisu nafasku
Bulir-bulir gelisah menetes cepat
Mataku menerawang lepas
Tak kutahu arah hidupku
Letupan ketakutan merasuk jiwa
Noda membekas di ingatan
Diriku seakan tak berguna
Dimana harus kutemukan jawaban
Malaikat datang membisik
Pelangi di jiwa janganlah padam
Nurani biar memancarkan semangat di tengah sepi
Mentari kan datang membawa tenang
Temukanlah pegangan pada-Nya
Dia yang memberi kelegaan bagi batin
Sejuknya kasih di pancarkan bagiku
Mengisi kekosongan hampaku
Suatu saat kan ditunjukkan
Bijak dari semua kehidupan
Jalan dari setiap tanya
Jawaban dari setiap keluhan
Pandanglah pada kebesaran-Nya
Selalu diperhatikan-Nya
Jiwa yang menjerit minta tolong
Mata yang meneteskan airnya
Dengarlah sayup-sayup suara-Nya
Pergilah di dalam keheningan
Peluklah hangat yang kau dekap
Biarkan hati merasakan kesejukan

KETIKA RINDU ITU SIRNA

Tiba-tiba rinduku menyelinap dalam tidur, membara, menggelora, tak terhindari karena mimpi indah beriringan terus semalam, tentang kenangan lama sedang bermain main di dalam ingatan, lalu aku hancurkan sekeping hati yang putih, rambutnya yang ikal, pernah ku belai, matanya yang sayu, menikam kalbu…Kini wajah ayunya membelit rinduku..ohh
Beginilah rasa sakitnya hati ketika menikam keras dadaku hingga remuk. itu dimiliki oleh seorang wanita yang lembut dan setia. Inilah luka dan parahnya jiwa ketika tangan menggenggam erat pena dan menulis surat , ketika mata, hati dan jiwa meniti baris demi baris pemutus kata. Ingin kupulangkan kembali hati dan cintaku, karena aku terpaku melihat wajahmu yang ayu, yang telah mengeringkan airmataku, berharap waktu cepat berlalu agar aku kembali seperti dulu.
Semalam seperti dalam sendu dan kesal tak berhujung, suara lembutmu menggema dilorong hatiku, sempat tercium seluruh harum nafas dan tubuhmu, membuat aku terlempar jauh kedalam kesunyian yang tak bernama, kesunyian yang tak pernah aku kenal sebelumnya. Karena engkau adalah wanita yang tabah dan pasrah maka akan kutulis padamu kata kata ini sebagai penyambung rasa, berharap tawamu yang tidak pasti, atau ragu dan bimbang dapat menerjemahkan rindu, agar perihnya tak terlalu menyakiti.
Rindu itu mulai terkikis oleh waktu yang tertatih berjalan. Jika rindu itu air, saat ini aku sedang berenang ke permukaan, jika rindu itu laut, maka saat ini aku sedang mencoba meraih permukaan untuk berdansa bersama ombak meraih pantaimu. Aku yakin rindu ini akan sirna, punah dan musnah saat pantaimu kuraih di permukaan, saat aku terhempas ke dataran setelah lelah menari nari bersama liarnya ombak. Aku yakin rindu ini akan sirna dan musnah, entah dibawa angin malam atau hilang oleh embun pagi, entah menguap bersama matahari atau terhempas meresap kedalam bumi bersama hujan ?
Iya, rindu ini akan musnah dan sirna, saat cinta berbicara, saat kau dan aku bertatap muka, saat aku ada di pelukmu, ahhh sepertinya rindu ini adalah rasa nikmat dari perihnya sakit. Nikmat karena aku bisa ungkapkan rasa, menitipkan ratapanku bersama hujan, atau angin malam, terkadang aku ingin memusnahkanya dengan keji, atau ? aku biarkan diriku terombang ambing bersama rindu ? menikmati setiap tetes perihnya terbang dengan 1 sayap ? berenang dengan separuh nafas ? mungkin aku akan merindukan rasa rindu ini ketika engkau menerbangkanya ke negeri di awan..
Yaa, tidak akan ada rasa rindu sebesar ini nanti, saat setiap detak jantungku adalah nafasmu, saat setiap nafasku adalah darahmu, saat kepak sayapku lengkap. Itu karena setiap rindu yang lahir di dalam hati akan selalu terhapus oleh cintamu, benarkah ? Saat rindu musnah, engkau seperti penghapus yang membersihkan kertas putihku, kau warnai, kau hapus, kau warnai, kau hapus…..
Aku sendiri tidak akan memilih memiliki rindu atau dekat bersamamu, biarlah hujan yang menjawab pesan nya, biar hangatmu yang menjauhkanya atau penghapusmu yang menghapusnya, pantaimu yang jadikan teluknya.
Atau aku akan bersedih ketika rindu ini sirna? hilang ditelan warna ? karena indahmu memberikan corak berjuta warna yang sanggup menyingkirkan sang rindu dan menyembunyikanya di tempat tergelap yang ada di hatiku. Karena cintamu telah menjadi penawar rindu yang meracuni seluruh jiwaku, menetralisir kata kata ku, melemahkan isyaratku, dan menghentikan keliaran jeritan jeritan jiwa yang perih. Karena pantaimu adalah tempat selalu aku berlabuh, dermaga tempat aku ber istirahat, setelah berjuang dengan bulir air liar samudra yang menghempas hempaskan kapalku dan hanya di tempatmu aku akan terus berlabuh. Mungkin kalau engkau adalah sang kompas, arah mata angin itu hanya satu tertuju padamu.

Saturday, October 1

Seakan sulit memang  untuk melewatinya, tapi inilah kenyataan hidup yang harus ditempuh
Kenyataan yang tidak bisa dipungkir ataupun diusir
Kenyataan yang tidak bisa dihindar ataupun ditawar
Kenyataan yang harus menjadi cerminan untuk melangkahkan kemana kaki mengarah
Maafkanlah aku, andaikan pernah menoreh luka dihatimu yang setia
Maafkanlah aku, andaikan tidak bisa menjadi seperti yang kau pinta
Tak ada satu orangpun yang menginginkan perpisahan, tapi faktanya seringkali perpisahan adalah hal yang tidak bisa kita hindari. Dan, inilah aku… aku yang tak lebih dari seorang lelaki pecundang, lelaki yang tak berani melupakanmu. Tanpa celah Tuhan menampakan segala kebaikanmu dimataku, sehingga sama sekali belum ku temukan ruang tempat untuk melupakanmu..... ( H.............. )

Jika Ia sebuah Cinta

jika ia sebuah cinta…..ia tidak mendengar…namun senantiasa bergetar….
jika ia sebuah cinta…..ia tidak buta..namun senantiasa melihat dan merasa..
jika ia sebuah cinta…..ia tidak menyiksa..namun senantiasa menguji..
jika ia sebuah cinta…..ia tidak memaksa..namun senantiasa berusaha..
jika ia sebuah cinta…..ia tidak cantik..namun senantiasa menarik..
jika ia sebuah cinta…..ia tidak datang dengan kata-kata..namun senantiasa menghampiri dengan hati..
jika ia sebuah cinta…..ia tidak terucap dengan kata..namun senantiasa hadir dengan sinar mata..
jika ia sebuah cinta…..ia tidak hanya berjanji..namun senantiasa mencoba memenangi..
jika ia sebuah cinta…..ia mungkin tidak suci..namun senantiasa tulus..
jika ia sebuah cinta…..ia tidak hadir karena permintaan..namun hadir karena ketentuan…
jika ia sebuah cinta…..ia tidak hadir dengan kekayaan dan kebendaan…
namun hadir karena pengorbanan dan kesetiaan…
Perlakukan setiap cinta seakan cinta terakhirmu, baru kamu akan belajar cara memberi.
Perlakukan setiap hari seakan hari terakhirmu, baru kamu akan belajar cara menghargai.
Jangan pernah menyerah, ingatlah bahwa kasih yang paling indah dan sukses yang terbesar, mengandung banyak resiko. Yakinlah pada dirimu ketika kamu berkata : Aku mencintaimu