Sunday, November 6

Syair Cinta Sang Pengembara I

PENGANTAR
Pada bahagian pertama berkisah tentang seorang pemuda yang haus kebenaran, belajar menjadi musafir dalam kefakirannya tidak mampu memahami hakekat “cinta”. Masa remaja yang baru tumbuh dan ingin berjuang membentuk jadi diri mencari sinar kebenaran sejati.
I
Seorang murid tersipu,
menghadap sang guru dengan wajah tertunduk malu,
wajahnya menekur,dadanya berat dihimpit pertanyaan memburu,
dengan suara gemetar dan nyaris tak terdengar dia berkata :”wahai guru,
Bolehkah daku tanyakan sesuatu yang merampas keikhlasan &dan merapuhkan jiwaku?
Dengan mata arif yang telah dilatih oleh penderitaan dan usia yang panjang sang guru berkata,
Anakku, perkara apakah yang meruntuhkan kukuhnya menara ketegaran dalam jiwa?
tanya apa yang membuat matamu pancarkan cahaya hati yang patah?
dan membuat ibadahmu tak lagi tertata?
Dengan suara yang nyaris tak terdengar,sang murid berkata:
“aku ingin bertanya padamu tentang cinta”
yang mampu meruntuhkan takhta,
Membuat majenun laila,
Menumpahkan darah,
Membuat orang rela jadi sengsara,
Membuat orang tegar menahan perihnya duka lara,
Menjadikan seorang Napoleon menjadi panglima pengembara.
II
Sambil tersenyum arif sang guru menjawab,
apakah yang engkau maksud adalah cinta yang berselimut syahwat?
Cinta yang mengharubirukan milyaran manusia menjadi bagaikan seekor hewan yang kuat?
Dari hari ke minggu,minggu ke bulan,bulan ke tahun,bekerja mencari harta sampai jasadnya kelak dimakan ulat?
Ataukah cinta yang dimiliki oleh para malaikat kepada Tuhan yang sepanjang masa mengenal adanya ganjaran syahwat?
Anakku,
Dalam kehidupan Tuhan telah ajarkan kita tentang pilihan bentuk cinta,
Dari lebah jantan yang berkurban untuk generasinya engkau berkaca,
ataukah bagaikan seekor kera yang memaknai cinta sebagai “bercinta”,
atau pada laba-laba yang rela jasad dimakan hanya demi cinta semata?
Ataukah cinta sesaat bagai cinta seekor ayam yang pandai bermain mata?
Jiwa sang murid bergetar,dadanya tersedan,telinganya berdengung,
tak sanggup ia menjawab ungkapan-ungkapan sang guru agung,
matanya nanar,dihadapkan pada tanya yang membuatnya bingung,
Sambil tersenyum arif sang guru berkata : Pergilah engkau merenung!
III
Sang murid pergi undur diri sambil tundukkan kepala menekur.
Ia merenung, mencari jawaban di ujung kuntum bunga-bunga mekar.
Dicarinya jawab pada tetes hujan yang jatuh bersama dentuman petir menggelegar.
Berhari-hari ia menyendiri mencari jawaban ditengah gelapnya malam dan tepi samudera yang lebar.
Ia berjalan,duduk,berbaring dan bertanya pada alam tentang sebuah kesejatian.
Cinta mana yang membuat anak burung didalam sarang menunggu sang induk pulang kala petang menjelang.
Cinta yang membuat Al-Bara bin Malik rela menyongsong ribuan sayatan mata pedang demi jalani sebuah kesyahidan.
Ataukah cinta ibu yang rela bangun di malam dingin ‘tuk membujuk bayinya yang menangis kelaparan dan ketakutan.
Terbayang ia akan harumnya kisah cinta Rabiatul Adawiyah telah terukir ribuan tahun dalam sejarah.
Ataukah Ibrahim bin Adham yang tinggalkan kemewahan istana,mencari cinta Ilahi sebagai pengembara.
Wujud cinta yang membuat manusia, hewan, tumbuhan rela menanggung kepedihan dan penderitaan demi sebuah kebahagiaan sebagai buah cinta yang menggelora.
Sebuah kesejatian yang berada di atas wilayah nafsu amarah.
IV
Detik demi detik waktu berlalu,namun jawaban hakiki belum tersusun jua.
Ia temukan ulat yang berpuasa tujuh hari demi kemuliaan bertransformasi kupu-kupu yang indah.
Juga temukan ular yang terbaring pasrah,karena menahan kepedihan kulitnya tersayat mili demi mili untuk menjadi diri baru yang lebih kuat dan perkasa.
Inikah sebuah jawab?kepedihan yang berbuah kemuliaan dan hidup yang jaya?
Semakin hari, matanya kian terbuka memandang apa yang tersembunyi dibalik fakta dan realita.
Ternyata cinta memberikan energi yang dahsyat dalam putaran roda sang waktu di dunia.
Yang membuat keridhoan menerima sakit,derita,keperihan,lapar,dahaga,dan keterpencilan bagai sebutir debu di angkasa.
Itukah cinta?
Tapi,semua ini belum memberi jawaban pasti terhadap pertanyaan sang guru.
Ia telah menangkap rumitnya keindahan cinta setiap makhluk di segala penjuru.
Ada cinta yang hanya memberi,hanya menerima,bertarung,kepuasan sesaat, serta pengorbanan nyawa yang membuatnya terharu.
Ia pun datang kembali pada sang guru,tanpa membawa sebuah jawaban baru.
V
Guru!!!
Aku datang padamu dalam jiwa yang semakin bingung,
tak kutemukan jawaban tunggal tentang cinta baik dilembah atau dipuncak tingginya gunung,
semua berkarateristik!dengan bersimetrinya kesetiaan dan pengorbanan, kebinasaan dan keabadian, simbiose,dan kesucian yang agung.
guru,ajarkan padaku tentang cinta,suaranya bergetar mengandung keletihan yang luasbiasa, mendengung!
Sang guru berujar dengan bijak.
Anakku, cinta yang kau temukan barulah sekelumit kecil dari interaksi cinta diluasnya jagat.
Ada relasi cinta yang sederhana seperti di dunia binatang buas,hanya syahwat untuk berkembangbiak,
seperti kanibalisme seperti pada kalajengking yang mengorbankan setiap bagian tubuhnya sampai habis demi kelanjutan generasi kelak.
bukan!semua hanya serpihan retak.
Tuhan telah ajarkan pada kita tentang agungnya sebuah transaksi,
Para Mujahid, pengembara Sejak zaman Iskandar Agung, Tarik bin Ziad, dan seluruh penakluk telah tunjukkan keagungan diri.
Sebuah pengorbanan yang ribuan tahun telah tinta emas sejarah dalam menegakkan misi suci,
tegakkan pilar-pilar kebenaran Ilahi.
Namun juga tak salah dengan para pencinta Tuhan dalam ekspresikan cinta,
ungkapan ratap,doa,bisikan tercurah bercampur tetesan airmata,
Hatinya menembus jauh melebihi ruang galaksi di jagat raya,
dengan madah, Wahai Ilahi…Engkaulah yang kupuja.
VI
Muridku…Cinta yang baik bukan sebuah pilihan tunggal dalam kerangka masa yang pasti akan binasa,
tapi ia berada dalam simetri ruang dan waktu duniawi tempat sang hamba berada,
apakah ia manusia, hewan, tumbuhan ataupun makhluk ciptaan lainnya,
nisbi,karena semua bergantung warna dan kebutuhannya,
dan yang abadi,hanya cinta Sang Pencipta.
Muridku…Berhentilah berlari mencari makna dari apa yang diciptakan,
mintalah defenisi dan muitara hakekat cinta pada-Nya yang menciptakan,
agar engkau tak letih mengusir anjing yang menggonggong mengejarmu,mintalah pada pemiliknya untuk mendiamkan.
Atau seperti kuda liar yang melemparkanmu dari sanggurdi, maka mintalah sang pawang untuk menjinakkan.
Anakku…
kelak tatkala tabir kegelapan materi telah membuka matamu tentang sebuah hakekat,
ternyata segala yang besar dalam pandangan mata tak lebih mulia dari seekor lalat,
sebab itu mulailah pengembaraan hakikimu sebelum terlambat,
pasrahkan hidupmu pada Sang Pemilik Jagat.

Belajar mencinta.
Hamdi Akhsan