Tuesday, July 14

Telah Fitri-kah Kita?







TELAH fitrikah kita, kalau puasa belum merohanikan kehidupan kita?
Telah fitrikah kita, kalau badan, harta dan kuasa dunia masih menjadi muatan utama kalbu kita?
Telah fitrikah kita, kalau keberpihakan kita belum kepada orisinalitas diri dan keabadian?
Telah fitrikah kita, kalau masih tumpah ruah cinta kita kepada segala yang tak terbawa ketika maut tiba?
Telah fitrikah kita, kalau kepentingan dunia belum kita khatamkan, kalau untuk kehilangan yang selain Allah kita masih eman?
Telah fitrikah kita, kalau kasih sayang dan ridha Allah masih belum kita temukan sebagai satu-satunya hakekat kebutuhan?

Ya Allah, jangan biarkan Ramadlan meninggalkan jiwa kami.
Ya Allah, jangan perkenankan langkah kami menjauh dari kemuliaan berpuasa.
Ya Allah, halangilah kami dari nafsu melampiaskan, serta peliharalah kami dari disiplin untuk mengendalikan.
Ya Allah, peliharalah Ramadlan dalam kesadaran kami.

Ramadlan sepanjang jaman.
Ramadlan sejauh kehidupan.
Ramadlan sampai ufuk keabadian.

( CAK NUN )

Tuesday, June 30



Salam Terakhir .....................( 28 September 2009 ) 

 Kepada Bapak …………………………………………
2 hari kau terdiam, tiada sepatah pun kata terakhir yang terdengar melalui suara yang parau... hanya sebuah tarikan nafas yang perlahan lemah dan hilang ntah kemana..aku tak mampu mencarinya ataupun menangkapnya kembali ke raga mu yang mulai memucat dan dingin membeku... Tiada setetes pun airmata yang hadir saat tangan ku membersihkanmu..namun terasa ada sebongkah batu besar yang seakan menyesak dari dalam dada yang seketika mungkin mampu meletuskan magma jiwa seiring tetesan airmata kala itu...tapi ku bersyukur tetap tiada airmata.

 Ada sebentuk kerinduan yang menyusup hadir saat lapis demi lapis kain putih itu mulai engkau kenakan. Menatap wajahmu aku tersenyum..karena engkaupun tersenyum. Bersih bercahaya tanpa ada noda dan terselingi oleh senyum yang dimiliki bahagia. Dan rindu itupun kembali menyelesak hadir.. terasa tangan ku ingin memelukmu untuk yang terakhir..namun aku tak kuasa, diriku hanya mampu menundukkan wajah menyentuh kening dan kedua pipimu dengan hidung dan bibirku yang bergetar menahan gemuruh kerinduan hati.
 Engkau ditandu... menuju rumah sang maha pencipta untuk sebentar singgah memohon restu-Nya untuk menerima engkau kembali ke rumah masa depan. dan sekali lagi..tiada airmata yang hadir hanya pedih dan rindu yang datang untuk menjenguk dan menitipkan sebuah salam dihatiku...entah dari siapa.. mungkin dari airmata??..Entahlah tak berani aku menduga-duga. "selamat datang dirumah yang baru"... mungkin itu yang terucapkan dari barisan malaikat yang menunggu di gerbang pagar itu. "Rumah yang luas" gumanku dalam hati..penghuninya telah menunggu kedatanganmu, namun mereka hanya diam tak bergerak atau mungkin memang tak tampak.

 Dengan tangan ini..ku melepas dirimu tuk tinggal di rumah masa depan menuju sebuah kehidupan baru yang abadi. Dengan tangan ini diriku menggenggam seonggok tanah basah yang masih menggunung dan basah.. Dengan tangan ini pula aku menyeka butir demi butir airmata yang entah dari kapan tiba-tiba ia datang..Dan akhirnya dengan tangan ini jualah aku melambaikan tangan tanda perpisahan.

 Bibir ini semakin bergetar dan tak mampu terucapkan sepatah kata..hanya hati yang tiba-tiba bersuara seakan mengiringi lambaian perpisahan.. dengan berat namun lantang hati berkata : "engkaulah cahaya itu yang kini telah redup dan habis,,, selamat jalan Bapak..kembalilah dengan tenang ke alam yang penuh keabadian.." dedicated for : Bapakku yang membesarkan ku sampai hari ini Terima kasih banyak pak atas tetesan keringat yang senantiasa mengalir dari tubuh lelahmu demi perjuangan seorang bapak dalam membesarkan kami 4 orang anak-anakmu, kami kehilangan dirimu bapak..namun kami ikhlas dengan kepergianmu.. maafkan kami pak karena seringkali membuatmu cemas..maafkan kami karena tidak bisa memberi yang terbaik di akhir kepergianmu..maaf pak ,, We Love U Bapak kemarin..sekarang dan selamanya...

Tuesday, June 2

 
Rindu ku sederhana....
Aku ingin merapihkan helai demi helai rambut mu yang tak tertata rapih tersentuh angin....
Aku ingin mengukir senyum mu yang lama tak nampak di mata ini....
Seperti ada yang hilang ketika ku bayangkan wajah mu di sudut malam...
Tubuhku terbaring menghadap baling baling kipas yang terus berputar....
Ingin ku hirup semuanya hingga dadaku terasa lega...
Ku sebutkan namamu lagi, berulang-ulang hingga aku sadar bahwa kau tak disini...

Ketika Semua Rindu


Bagaikan berbicara dengan mata
Ketika semua apa yang ku katakan tak mampu kau terima dengan indah
Semua apa yang dilakukan hanya sebagai hawa yang menyesakkan
Benar ini rindu, rasa indah yang begitu sangat menyakitkan
Memuji semua rasa cinta yang terbataskan ruang dan keadaan
Aku memilih diam
Meresapi sendiri apa yang bergejolak dalam fikiran dan hatiku
Mematikan rasa benci ketika semua rindu ini memukul setiap deru jantung yang berdetak
Ada kalanya aku mencoba berbagi rindu dengan apapun yang ada dihadapanku
Hujan? angin? langit?
Semua sudah mengerti bagaimana aku memiliki rasa rindu yang sangat menyakitkan
Bagaimana tidak?
Aku berteriak diantara rintik hujan yang turunpun semua terasa hambar
Karena apa yang aku rindukan tak mampu berada dihadapanku detik itu juga
Ini bukan salahmu, salahku
Ini hanya masalah waktu yang belum berpihak pada kita
Belum memilih kita menjadi sepasang merpati putih yang terus bersama
Belum memberi kita kesempatan untuk bisa mengukir dan menghapus rindu ini dengan benar
Ketika aku diam itulah saat dimana aku mulai merasa rindu ini menyiksa
Merasakan apa yang disebut dengan siksaan yang paling indah
Namun bagaimanapun aku tetap akan diam ketika rindu ini menjadi tumbuh dan berkembang
Memberikannya celah untuk tetap menyiksaku sebelum aku menghancurkannya dengan indah
Mengukir bagaimana indahnya rindu bersama dengannya yang tak pernah mengerti rinduku
Hingga akhirnya aku akan memilih dan memupuk rindu yang indah
dengan mimpi untuk terus merindukannya dalam hening....

Sunday, May 31

Cinta Tak Pernah Menyadari Hadirnya Sebuah Pengorbanan

Namanya adalah Cinta, satu hal yang telah dialami oleh beberapa insan di segala penjuru dunia. Ia tak pernah secara terbuka menunjukkan wujudnya secara nyata, namun hadirnya mampu membuat setiap anak Adam merasa bahagia karenanya. Dengan angkuh, ia menghampiri hati seseorang tanpa ijin dan permisi, seolah semua orang telah siap dengan kedatangannya.

Dan secara tak langsung perasaan yang tak pernah diketahui kapan datangnya ini berhasil menjadikan mereka sebagai insan yang memiliki warna dalam kehidupan. Cinta memang indah, namun tak semua kisahnya selalu disertai keindahan yang mutlak sebagai sebuah jaminan di dalamnya.

Namun, apa yang lebih baik dalam kata mencinta selain sebuah pengorbanan di dalamnya? Karena Cinta, beberapa orang rela berkorban demi menunjukkan dan mengutarakan isi hati mereka kepada sang pujaan hati. Padahal, pengorbanan bukanlah komposisi utama dalam Cinta, dan kita paham benar hal itu. Hanya saja, pengorbanan yang mereka lakukan tanpa disadari telah menjadi kebutuhan dan kepuasan tersendiri.
Jauh di sisi itu, seorang pria telah lahir dan diciptakan dengan hati yang begitu lembut. Dan pada akhirnya pun, ia telah menjadi 'korban' yang dipilih oleh sang Cinta untuk berpijak. Ia tak kuasa menolaknya, tak ada waktu untuk melakukan hal tersebut. Ia merasakan, menikmati dan menjunjung tinggi nama sang Cinta, tanpa ia sadari bahwa Cinta yang ada di hatinya telah menjadikannya seorang budak.

Dalam jalannya roda cinta yang ia kayuh membuat ia mengerti bagaimana cara untuk membuat cinta yang ia rasakan menjadi sesuatu yang istimewa. Tak muluk-muluk, apa yang ia lakukan pada akhirnya akan tetap berkesan dan mengena di hati.

Cinta yang ia rasakan mungkin tak seindah kisah yang dialami oleh beberapa orang di sekitarnya. Namun satu yang ia sadari, cinta yang akan ia berikan akan melebihi apapun di dunia ini.