PUISI
CINTA QAIS UNTUK LAILA
LAILA
MAJNUN
I
Aku
melewati dinding ini, dinding Layla.
Dan
saya mencium tembok ini dan dinding yang ini.
Bukan
Cinta dari rumah-rumah yang telah mengambil hatiku.
Tapi
Dia yang berdiam di rumah-rumah
******************************************************************************************
II
“Malam
penuh cinta bersama Layla adalah siang,
Hari-hari
berlalu begitu cepat kala bersamanya
Bersama
Layla, penjara adalah surga Firdausku
Begitupula
Api adalah cahaya bagiku”
******************************************************************************************
III
“Bila
dekat rumah (Layla), aku merasa terbebani,
tetapi
bila aku jauh darinya aku merasa sedih,
sehingga
dekat maupun jauh tidak bahagia dan terus meronta.
Bila
dia janji, cintaku kian menggebu menantinya,
bila
tidak janji aku mati menanti janjinya,
sehingga
jauh maupun dekat aku teringankan.
Namun,
belum menyembuhkan apa yang kami rasakan,
sungguhpun
demikian dekat dengannya lebih baik ketimbang jauh darinya.”
******************************************************************************************
IV
“Mereka
Jauhkan aku dari rumah Layla,
Hatiku
pun mendampingi penghuni rumah itu,
Adakah
jalan bagiku dan baginya menuju cinta
Andaikan
semua air susu membeku untuk dituangkan.
Lantaran
kasihnya lah, ia kan mencair dan mengalir untukku. ”
******************************************************************************************
******************************************************************************************
V
“Ingat
wahai dokter, engkau pengobat badan!
Kasihanilah
badan yang ditinggal kekasihnya,
Hanya
cinta Layla obat hatiku yang merana, aku penuhi panggilanmu wahai penyeru,
kau
panggil aku dengan lemparan batu, niscaya kupenuhi panggilanmu,
Jiwaku
takkan meninggalkanmu lantaran penghinaanmu,
Tetapi hanya inilah yang badan mampu
menanggungnya.”
******************************************************************************************
VI
Kerabat
dan handai- taulanku mencela
Karena
aku telah dimabukkan oleh dia
Ayah,
putera- putera paman dan bibik
Mencela
dan menghardik aku
Mereka
tak bisa membedakan cinta dan hawa nafsu
Nafsu
mengatakan pada mereka, keluarga kami berseteru
Mereka
tidak tahu, dalam cinta tak ada seteru atau sahabat
Cinta
hanya mengenal kasih sayang
Tidakkah
mereka mengetahui?
Kini
cintaku telah terbagi
Satu
belahan adalah diriku
Sedang
yang lain ku berikan untuknya
Tiada
tersisa selain untuk kami
Wahai
burung- burung merpati yang terbang diangkasa
Wahai
negeri Irak yang damai
Tolonglah
aku !
Sembuhkan
rasa gundah- gundah yang membuat kalbu tersiksa
Dengarkanlah
tangisanku
Suara
batinku
Waktu
terus berlalu, usia makin dewasa
Namun
jiwaku yang telah terbakar rindu
Belum
sembuh jua
Bahkan
semakin parah
Bila
kami ditakdirkan berjumpa
Akan
kugandeng lengannya
Berjalan
bertelanjang kaki menuju kesunyian
Sambil
memanjatkan doa- doa pujian kepada Allah SWT
Ya
Raab, telah kujadikan dia
Angan-
angan dan harapku
Hiburlah
diriku dengan cahaya matanya
Seperti
Kau hiasi dia untukku
Atau
buatlah dia membenciku
Dan
keluarganya dengki padaku
Sedang
aku akan tetap mencintainya
Meski
sulit aku rasa
Mereka
mencela dan menghina diriku
Dan
mengatakan aku hilang ingatan
Sedang
dia sering terdiam mengawasi bintang
Menanti
kedatanganku
Aduhai,
betapa mengherankannya
Orang-
orang mencela cinta
Dan
menganggapnya sebagai penyakit
Yang
meluluh- lantakan dinding ketabahan
Aku
berseru pada singgahsana langit
Berikan
kami kebahagiaan dalam cinta
Singkaplah
tirai derita
Yang
selalu membelenggu kalbu
Bagaimana
mungkin aku tidak gila
Bila
melihat gadis bermata indah
Yang
wajahnya bak matahari pagi bersinar cerah
Menggapai
balik bukit, memecah kegelapan malam
Keluarga
berkata
Mengapakah
hatinya wahai ananda?
Mengapa
engkau mencintai pemuda
Sedang
engkau tidak melihat harapan untuk bersanding dengannya
Cinta,
kasih dan sayang telah menyatu
Mengalir
bersama aliran darah di tubuhku
Cinta
bukankah harapan atau ratapan
Walau
tiada harapan, aku akan tetap mencintainya
Sungguh
beruntung orang yang memiliki kekasih
Yang
menjadi karib dalam suka maupun duka
Karena
Allah akan menghilangkan
Dari
kalbu rasa sedih, bingung dan cemas
Aku
tak mampu melepas diri
Dari
jeratan tali kasih asmara
Karena
surga menciptakan cinta untukku
Dan
aku tidak mampu menolaknya
Sampaikan
salamku kepada dia,
wahai
angin malam
Katakan,
aku akan tetap menunggu
Hingga
ajal datang menjelang
******************************************************************************************
VI
Banyak
orang berkata
Bersenanglah
engkau dengan gadis lain
Itu
adalah kata pelipur lara
Namun
menjadi duri dalam hatiku
Kukatakan
kepada mereka
Dengan
air mata berderai
Dan
hatiku hancur luluh
Sayap
cinta telah memeluk
Dan
membawa jiwaku terbang
Aku
mencintai dia
Dan
tidak tertarik pada gadis lain
Pandanganku
telah tertunduk, dan mata terpejam
Kepada
selain dia
Wahai
kau pujangga
Ulurkan
tanganmu
Untuk
menyambut kekasihku
Kalbu
penuh asmara
Kuberikan
padamu
Mungkin
engkau diberi dua gelas minuman
Satu
gelas kebencian
Agar
engkau melupakan diriku
Sedang
satu gelas berisi anggur kesenangan
Agar
engkau rela menerima orang lain sebagai gantiku
Duh
kekasih
Kuingat
dirimu
Jangan
rusakkan hubungan
Yang
orang lain selalu ingin menyempurnakannya
Kelak
engkau akan melihat
Beda
antara cinta dan nafsu
Sedang
diriku pemuda, demi Allah
Tali
kasih yang telah bersemi
Akan
kusiram dan kupupuk
Agar
cinta yang kau beri tetap terjaga selamanya
Dan
aku haramkan atas diriku
Segala
yang tidak engkau sukai
Aku
akan selalu menjaga tali cinta kita
Walau
kau tak disisiku
Namun
aku yakin
Cintamu
selalu hadir dihatiku
******************************************************************************************
VII
Berlalu
masa, saat orang- orang meminta
Pertolongan
padaku
Dan
sekarang, adakah seseorang penolong
Yang
mengabarkan rahasia jiwaku pada dirinya?
Cinta
telah membuatku lemah tak berdaya
Seperti anak hilang, jauh dari
keluarga dan harta
Cinta
laksana air yang menetes menimpa bebatuan
Waktu
terus berlalu
Dan
bebatuan itu akan hancur
Berserak
bagai pecahan kaca
Begitulah
cinta yang kau bawa padaku
Dan
kini hatiku telah hancur binasa
Hingga
orang- orang memanggilku si dungu
Yang
suka merintih dan menangis
Mereka
mengatakan aku telah tersesat
Mana
mungkin cinta akan menyesatkan
Jiwa
mereka sebenarnya kering, laksana dedaunan diterpa panas mentari
Begitu
cinta adalah keindahan yang membuatku tak bisa memejamkan mata
Pemuda
manakah yang dapat selamat dari api cinta
Dan
semua yang tampak dari manusia adalah kebencian
Namun
cinta telah memberi kekuatan pada manusia
Orang-orang
yang mencemooh hubungan kita
Sesungguhnya
mereka tidak tahu, bahwa asmara tersimpan di dalam hati.
Layla
telah dikurung, dan orang tuanya mengancamku
Dengan
niat jahat lagi kejam, aku tidak bisa bertemu lagi
Ayahku
dan ayahnya sesak dada dan sakit hati padaku,
Bukan
karena apapun juga, hanya karena aku
Mencintai
Layla
Mereka
menganggap cinta adalah dosa
Cinta
bagi mereka adalah noda
Yang
harus dibasuh hingga bersih
Padahal
kalbuku telah menjadi tawanannya
Dan
ia juga merindukanku
Cinta
masuk ke dalam sanubari tanpa kami undang
Ia
bagai ilham dari langit yang menerobos
Dan
bersemayam dalam jiwa kami
Dan
kini kami akan mati karena cinta asmara
Yang
telah melilit seluruh jiwa
Katakan
padaku, siapa orang yang bisa
Bebas
dari penyakit cinta?
******************************************************************************************
VIII
Wahai
kau kekasihku
Berjanjilah
pada keagungan cinta
Agar
sayap cinta dapat terbang bebas
Melayanglah
bersama cinta
Laksana
anak panah menuju sasaran
Cinta
tidak pernah membelenggu
Karena
cinta adalah pembebas yang akan melepaskan buhul- buhul keberadaan
Cinta
adalah pembebas dari segala belenggu
Walau
dalam cinta, setiap gelas adalah kesedihan
Namun
jiwa pecinta akan memberi kehidupan baru
Banyak
racun yang harus kita teguk
Untuk
menembah kenikmatan cinta
Atas
nama cinta, racun yang pahit pun akan terasa manis
Bertahanlah
kekasihku, dunia diciptakan untuk kaum pecinta
Dunia
ada karena cinta
******************************************************************************************
IX
Bila
bulan purnama tenggelam
Ataukah
matahari terlambat terbit
Maka
cahaya wajahnya akan menggantikan sinarnya
Senyumnya
bukan hanya terhenti di mulut
Namun
menjadi cahaya dari sinar purnama seluruhnya
Rembulan
dan matahari akan tersipu malu
Karena
cahayanya tak sebanding
Dengan
sinar matanya
Bila
ia berkedip, maka bintang kejora akan menyembunyikan diri
Tidak
akan lagi tercipta gadis seperti dia
Dan
aku diciptakan hanya untuk dia
Kata-
kata pujian yang dia ucapkan
Bagai
sebutir pasir di gurun Sahara
Tak
sebanding dengan kecantikannya
Karena
segala pujian yang dimiliki manusia
Tak
sebanding dengan pesonanya
Dia
diberi nikmat, dengan segala kebaikannya
Bila
ia hendak berjalan ke sebuah bukit
Maka
seakan- akan bukit itu yang mendekat padanya
Karena
sang bukit tidak ingin,
gadis secantik itu dihinggapi kelelahan
gadis secantik itu dihinggapi kelelahan
******************************************************************************************
X
Bila
kakiku terperosok, aku menyebut namanya
Aku
bermimpi dalam tidurku hidup bersama dia
Apabila
disebut namanya
Hilanglah
kekuatan jiwaku
Hatiku
seperti sirna ditelan namanya
Demi
Allah
Hampir
saja aku gila karena memikirkannya
Makin
lama dadaku sesak karena rindu
Kaumku
mengecam
Jika
aku tidak berhenti menyebut namanya
Maka
darahnya akan tumpah membasahi Bumi
Bunuhlah
aku dan biarkan dia
Setelah
nyawaku melayang, janganlah kalian hina dia
Cukup
apa yang ia derita karena cinta
Mungkin
ia akan menuduhku tak setia dengan janji
Dan
aku tidak mampu mencegahnya
Ku
campur tinta dengan air mataku
Untuk
menulis surat padanya
Inilah
saat kukuburkan jiwaku untuknya
Aku
khawatir jika ajalku tiba
Tak
dapat memandang wajahnya
******************************************************************************************
XI
Jiwa
orang yang dimabuk cinta
Akan
merasa sakit karena rindu
Sebab
pecinta ingin selalu bersama
Tapi
halangan tiada akan henti- henti
Pecinta
seperti dua ekor kijang di bukit tandus
Walau
tiada makanan, tetapi tetap bersama
Atau
seperti burung merpati
Walau
terbang bebas di angkasa luas
Tetap
saja kembali pada kekasihnya
Atau
laksana ikan tuna
Tetap
tabah walau dipermainkan ombak
Timbul
tenggelam di laut
Walau
selalu dicaci dan dicela
Batin
menjerit tubuh binasa
Meski
lapar dan disia- siakan
Namun
jiwa pecinta akan selalu memaafkan
Pecinta
tidak membutuhkan pujian
Dan
pengorbanan pecinta tidak akan sia- sia
Kulihat
bintang kutub dan bintang kejora
Dimana
pula cinta
Sekecil
apapun, cinta tetap berkuasa di singgahsana hati
Dan
bagi pecinta
Kebahagiaan
dan kesedihan sama indahnya
Karena
cinta sejati tidak mengenal kesia-siaan
Jiwaku
dan jiwanya akan tetap bersama
Andaipun
tidak di dunia
Pasti
jiwa kami akan bersatu di liang lahat
Dan
kelak akan dibangkitkan bersama
Hingga
dapat bersatu selama-lamanya
Mataku
berkurban untuknya
Dengan
segenap curahan air mata
Berharap
liang lahatnya adalah liang lahatku
Agar
janazah kita bersatu
******************************************************************************************
******************************************************************************************
XII
Apakah
yang sedang mengalir dalam jiwaku ini?
Siapa
yang sedang memandangku?
Wahai
bunga mawar itu telah dicabut dari taman hatiku
Untuk
menjadi penghias taman yang lain
Namun
tidak mungkin menjadi layu
Wahai
engkau, aku lelah dimabukkan oleh rasa cinta
Mana
mungkin aku menolak kenikmatan ini
Duduklah
di rumpun palem ini
Agar
dapat kunikmati manisnya anggur cintamu
Wahai
kemanakah engkau saat aku merana
Terusir
dan kehilangan dirimu?
Hidup
hanya menjalar sesaat diuratku
Dan
bukan menjadi milikmu
Sejak
harapan tidak tersenyum lagi padaku
Aku
hanya bisa meratap
Mengenang
dan menyesali masa lalu
Aku
berteman derita dan hinaan
Kedukaan
tersenyum padaku, dan aku tersenyum padanya
Sedang
kedukaan membuat engkau ketakutan
Padahal
engkau yang telah menciptakannya
Diriku
selalu diliputi kesengsaraan
Semenjak
engkau mereguk kebahagiaan