Saturday, October 15

KETIKA RINDU ITU SIRNA

Tiba-tiba rinduku menyelinap dalam tidur, membara, menggelora, tak terhindari karena mimpi indah beriringan terus semalam, tentang kenangan lama sedang bermain main di dalam ingatan, lalu aku hancurkan sekeping hati yang putih, rambutnya yang ikal, pernah ku belai, matanya yang sayu, menikam kalbu…Kini wajah ayunya membelit rinduku..ohh
Beginilah rasa sakitnya hati ketika menikam keras dadaku hingga remuk. itu dimiliki oleh seorang wanita yang lembut dan setia. Inilah luka dan parahnya jiwa ketika tangan menggenggam erat pena dan menulis surat , ketika mata, hati dan jiwa meniti baris demi baris pemutus kata. Ingin kupulangkan kembali hati dan cintaku, karena aku terpaku melihat wajahmu yang ayu, yang telah mengeringkan airmataku, berharap waktu cepat berlalu agar aku kembali seperti dulu.
Semalam seperti dalam sendu dan kesal tak berhujung, suara lembutmu menggema dilorong hatiku, sempat tercium seluruh harum nafas dan tubuhmu, membuat aku terlempar jauh kedalam kesunyian yang tak bernama, kesunyian yang tak pernah aku kenal sebelumnya. Karena engkau adalah wanita yang tabah dan pasrah maka akan kutulis padamu kata kata ini sebagai penyambung rasa, berharap tawamu yang tidak pasti, atau ragu dan bimbang dapat menerjemahkan rindu, agar perihnya tak terlalu menyakiti.
Rindu itu mulai terkikis oleh waktu yang tertatih berjalan. Jika rindu itu air, saat ini aku sedang berenang ke permukaan, jika rindu itu laut, maka saat ini aku sedang mencoba meraih permukaan untuk berdansa bersama ombak meraih pantaimu. Aku yakin rindu ini akan sirna, punah dan musnah saat pantaimu kuraih di permukaan, saat aku terhempas ke dataran setelah lelah menari nari bersama liarnya ombak. Aku yakin rindu ini akan sirna dan musnah, entah dibawa angin malam atau hilang oleh embun pagi, entah menguap bersama matahari atau terhempas meresap kedalam bumi bersama hujan ?
Iya, rindu ini akan musnah dan sirna, saat cinta berbicara, saat kau dan aku bertatap muka, saat aku ada di pelukmu, ahhh sepertinya rindu ini adalah rasa nikmat dari perihnya sakit. Nikmat karena aku bisa ungkapkan rasa, menitipkan ratapanku bersama hujan, atau angin malam, terkadang aku ingin memusnahkanya dengan keji, atau ? aku biarkan diriku terombang ambing bersama rindu ? menikmati setiap tetes perihnya terbang dengan 1 sayap ? berenang dengan separuh nafas ? mungkin aku akan merindukan rasa rindu ini ketika engkau menerbangkanya ke negeri di awan..
Yaa, tidak akan ada rasa rindu sebesar ini nanti, saat setiap detak jantungku adalah nafasmu, saat setiap nafasku adalah darahmu, saat kepak sayapku lengkap. Itu karena setiap rindu yang lahir di dalam hati akan selalu terhapus oleh cintamu, benarkah ? Saat rindu musnah, engkau seperti penghapus yang membersihkan kertas putihku, kau warnai, kau hapus, kau warnai, kau hapus…..
Aku sendiri tidak akan memilih memiliki rindu atau dekat bersamamu, biarlah hujan yang menjawab pesan nya, biar hangatmu yang menjauhkanya atau penghapusmu yang menghapusnya, pantaimu yang jadikan teluknya.
Atau aku akan bersedih ketika rindu ini sirna? hilang ditelan warna ? karena indahmu memberikan corak berjuta warna yang sanggup menyingkirkan sang rindu dan menyembunyikanya di tempat tergelap yang ada di hatiku. Karena cintamu telah menjadi penawar rindu yang meracuni seluruh jiwaku, menetralisir kata kata ku, melemahkan isyaratku, dan menghentikan keliaran jeritan jeritan jiwa yang perih. Karena pantaimu adalah tempat selalu aku berlabuh, dermaga tempat aku ber istirahat, setelah berjuang dengan bulir air liar samudra yang menghempas hempaskan kapalku dan hanya di tempatmu aku akan terus berlabuh. Mungkin kalau engkau adalah sang kompas, arah mata angin itu hanya satu tertuju padamu.

No comments: