Friday, August 19

Apakah Cinta Itu Memang Cinta yang Sesungguhnya?!

Cinta sering diungkapkan. Cinta sering diutarakan. Cinta juga sering diumbar dan digembar-gemborkan. Pernahkah cinta yang ada pada diri sendiri itu dipertanyakan?! Benarkah itu memang cinta yang sesungguhnya?!

Sebuah rumah di tengah hutan belantara adalah impian para pengembara. Tidak perlu besar namun cukup. Tidak harus mewah namun nyaman. Menjadi tempat berteduh dan singgah, siapapun yang membutuhkannya. Rumah yang senantiasa selalu ada sepanjang masa dan waktu.

Semua boleh datang tanpa harus ada sungkan ataupun segan. Semua boleh memberi dan juga diberikan. Besar kecil kuat lemah bukanlah perbedaan. Satu untuk semua, oleh semua dari semua dan untuk semua.

Mimpi pun dirajut. Cinta para pengembara pun bertaut. Rumah impian ingin diwujudkan bersama. Cintalah yang menyatukan semuanya. Cinta jualah yang menjadikan semuanya.

Sedikit demi sedikit rumah dibangun. Cepat atau lambat bukanlah yang membuat rumah ini bisa terwujud dan menjadi indah. Merasakan setiap proses pembangunannya itulah yang menjadikannya indah. Semua adalah semua. Biarlah semua merasakan dan meresapinya sepenuh hati dan jiwa. Bahkan sampai ke setiap celah dan relung di dalam jiwa dan sanubarinya.

Kesalahan dan kekeliruan adalah bagian dari proses yang justru seharusnya menguatkan cinta. Cinta yang memang sesungguhnya., sehingga tidak perlu ada yang harus ditutupi ataupun dibuat pembenaran. Tidak juga dijadikan senjata untuk menjatuhkan dan meruntuhkan dengan mengatasnamakan semua namun tidak sesungguhnya demikian. Semua adalah untuk semua. Semua bukanlah hanya untuk satu pengembara atau sekelompok pengembara tertentu saja.

Perbedaan pendapat bagaimana seharusnya rumah itu dibangun sangatlah membantu. Apalagi bila bukan hanya menyaksikan lalu mengkritik dan memberi komentar tanpa memberikan masukan ataupun solusi. Apalagi juga bila bukan hanya untuk menjadi bahan cemoohan ataupun tertawaan. Terutama lagi bila memang cinta itu memang benar-benar ada, di mana semua untuk semua itu memang benar adanya.

Kritik dan komentar bisa menjadi membangun bila memang berdasarkan cinta dan memang juga memiliki tujuan yang sama. Menolak kritik dan komentar bukanlah sikap yang bijaksana, namun mengkritik dan mengomentari tanpa cinta yang sesungguhnya tidak akan pernah membuat siapapun yang berusaha membangun rumah itu bisa menyelesaikannya. Lemah pun salah, tegas pun kaku?! Bahkan bertanya pun menjadi salah dan harus dibatasi?! Apa sebetulnya yang diinginkan?! Apa benar memang ingin membangun rumah itu bersama-sama ataukah memang memiliki cinta yang sedemikian besarnya sehingga bisa dan mampu membangunnya sendirian?! Bila memang merasa mampu untuk membangunnya sendirian dan atau dengan sekelompok pengembara saja, kenapa tidak?! Bangunlah!!!

Memberi dan menerima adalah cinta. Bila memang cinta itu benar adanya, mengapa cinta yang diberikan itu dipertanyakan?! Kenapa cinta itu tidak diterima?! Kenapa cinta itu juga tidak diberikan?! Di mana juga cinta itu menjadi berada?!

Mengisi dan saling mengisi. Memberi dan saling memberikan. Menerima dan saling menerima. Menghargai dan saling menghargai. Membangun dan saling membangun. Menghormati dan saling menghormati. Itulah yang merupakan cinta dalam mewujudkan mimpi.

Perdebatan bukan hanya menjadi sekedar perdebatan namun ada yang bisa untuk memberikan manfaat untuk rumah itu. Kerja dan proses mengerjakannya adalah yang seharusnya dihargai. Perdebatan bukan pada apa yang telah dikerjakan namun pada apa yang dipikirkan. Bila memang belum bisa membedakan mana hasil kerja dan mana hasil buah pikir, memang akan sulit untuk membangun rumah ini menjadi terbangun. Diberikan kerja pun tidak mau, tidak bisa, dan tidak merasa mampu, namun bila dibantu dan diajarkan juga menolak. Dikritik dan dikomentari pun marah besar. Sekali lagi, apa yang sebenarnya diinginkan?!

Pengembara yang ingin semuanya sadar dan menyadarinya pun mengambil langkah untuk bisa melihat semua impian itu menjadi lebih jelas. Tanpa ada ambisi ataupun niat untuk menjadi penguasa ataupun berkuasa namun memang benar-benar berdasarkan segala cinta yang dimiliki agar rumah itu bisa menjadi nyata. Apa pengembara itu lari dan pergi menjauh serta meninggalkan semua mimpi itu?!

Cinta pun dipertanyakan kembali justru pada saat kesadaran itu muncul. Menguji dengan mencoba menarik kembali sang pengembara. Lupa bahwa cintanya itulah yang membuatnya melakukan ini semua. Segala cinta yang ada diberikan untuk menghilangkan segala perbedaan atas kedudukan dan juga mengajarkan bahwa ambisi pribadi akan merusak impian ini.

Bila memang cinta itu benar ada dan memang ingin diberikan, kenapa tidak mengisi tempat pengembara itu?! Meneruskan perjuangan untuk mewujudkan mimpi semua itu. Cobalah untuk menjadi pengembara itu dan merasakannya sendiri agar tahu persis apa yang harus dihadapi. Belajar untuk berpikir dan bekerja dalam situasi yang sama. Belajar untuk tidak hanya menilai tetapi juga merasakan dalam arti yang sesungguhnya. Berikan yang lebih baik dari yang sebelumnya pernah ada.

Memberikan juga kesempatan kepada pengembara itu juga untuk memberikan lebih banyak lagi cinta yang dimilikinya. Mengajarkan kepada semua hal yang lain lagi agar semua bisa terus belajar dan belajar. Memberikan contoh dan juga masukan dengan segala cinta yang dimilikinya agar rumah itu bisa menjadi nyata dan semakin indah. Memberikan dorongan agar rumah itu bisa terus ada dan semakin mempesona. Pernahkah terpikirkankah apa yang terjadi bila rumah itu jadi lalu kemudian cinta yang ada bukanlah cinta yang sesungguhnya dan terus berlanjut?! Akankan mimpi itu benar-benar nyata?! Ataukah hanya akan menjadi sebuah kenyataan yang semu?!

Rumah di tengah hutan belantara itu memang masih merupakan impian. Namun impian itu bukan mimpi kosong pemimpi di siang bolong. Semua mimpi adalah nyata bila memang mau terus diperjuangkan. Bila juga memang dibangun berdasarkan cinta yang sesungguhnya. Bukan hanya sekedar cinta yang diumbarkan dan digembar-gemborkan dengan sepenuh hati. Namun cinta di dalam hati yang memang benar-benar ada dan bisa dirasakan dan didirikan oleh semua dan untuk semua.

Mempertanyakan cinta yang ada pada diri sendiri apakah benar itu cinta yang sesungguhnya memang tidak mudah. Lebih mudah menilai dan menghukum cinta yang lainnya. Bila memang rumah itu ingin terwujud, biarlah cinta yang sesungguhnya itulah yang membangunnya.

No comments: